Sabtu, 16 Februari 2013

Pengertian Teori Dalam Arsitektur

Jika arsitek lebih menaruh perhatian terhadap pemikiran-pemikiran yang berbeda di luar jangkauan tradisionalnya ( master builder dan tukang ) sebenarnya adalah merupakan fenomena baru, arsitek mulai berteori. Diawali pada abad pencerahan arsitek yang dahulunya bungkam (karena porsi teori dan ilmu pengetahuan didominasi filsuf) mulai berubah menjadi sosok yang memperhatikan posisinya dalam masyarakat sebagai arsitek' yang terpelajar dan intelektual. Penjelasan dan pemahaman-pemahaman baru ini berupa konsep-konsep yang pada dasarnya sudah merupakan dasar bagi tradisi penyusunan teori yang makin mempengaruhi perkembangan arsitek dan sebagai awal kesadaran dalam usaha meletakkan landasan dunia arsitektur kedalam kelompok ilmu pengetahuan. Tradisi ini ditandai oleh empat alasan penting (Ven, 1991: XV) :
(a) dengan ditandainya kemunduran peranan agama
(b) adanya pengakuan masyarakat terhadap kedudukan arsitek secara independent
(c) adanya perubahan sikap antara klien dan arsitek, sehingga terciptanya dialog kultural yang kuat (sikap klien tidak memaksakan kehendak) dan
(d) adanay revolusi industri.

Dalam pandangan umum, pada dasarnya tidak ada arsitek yang melontarkan sebuah teori setelah menyelesaikan karyanya yang pertama. Bila kita perhatikan, bahkan tidak setiap arsitek berani menyusun teori kecuali beberapa diantaranya, teori arsitektur dikemukakan oleh para arsitek yang telah menghasilkan banyak karya. Kebanyakan teori-teori tersebut baru diakui setelah para arsiteknya tiada, yaitu ketika karya-karya mereka diakui keberhasilannya karena mampu bertahan terhadap waktu. Pengakuan itupun tidak mutla, juga tidak abadi. Dilain waktu, pada lain kesempatan, karya-karya mereka dijadikan titik tolak untuk menolak teori arsitektur yang mereka ajukan.

suatu teori dalam arsitektur digunakan untuk mencari apa yang sebenarnya harus dicapai dalam arsitektur dan bagaimana cara yang baik untuk merancang. Teori dalam arsitektur cenderung tidak seteliti dan secermat dalam ilmu pengetahuan yang lain (objektif), suatu ciri penting dari teori ilmiah yang tidak terdapat dalam arsitektur ialah pembuktian yang terperinci. Desain arsitektur sebagian besar lebih merupakan kegiatan merumuskan dari pada kegiatan menguraikan. Arsitektur tidak memilahkan bagian-bagian, ia mencernakan dan memadukan bermacam ramuan unsur dalam cara-cara baru dan keadaan baru, sehingga hasil seluruhnya tidak dapat diramalkan. Teori dalam arsitektur adalah hipotesa, harapan dan dugaan-dugaan tentang apa yang terjadi bila semua unsur yang menjadikan bangunan dikumpulkan dalam satu cara, tempat dan waktu tertentu. Dalam teori arsitektur tidak dapat dirumuskan atau cara untuk meramalkan bagaimana nasib rancangannya. Misalnya: tidak terdapatnya cara untuk meramalkan bahwa menara Eiffel mulanya dianggap sebagai suatu cela di kaki langit Paris dan kemudian menjadi lambang kota yang langgeng dan asasi.



Teori praktek arsitektur
        Tantangan dalam dunia arsitektur dapat dilihat dari praktek dan karya arsitektur itu sendiri. Teori yang berkembang di dunia Arsitektur berasal dari kritikan, penafsiran, dan deskripsi dari hasil pekerjaan yang telah dihasilkan dan berhasil membangun opini masyarakat sehingga timbul pemahaman baru. Dalam perkembangan dunia arsitektur, muncul aliran post modern yang menekankan pada kunci dominansi persoalan tunggal, hal ini berbeda dengan arsitektur modern yang  bersifat formalisme, dan gagasan fungsionalisme, kebutuhan “ pemecahan radikal ” dan ungkapan jujur bahan dan struktur.Sejak pertengahan tahun 1960–an, teori arsitektur benar-benar telah menjadi interdisipliner ; bergantung pada kritis. Proyek perbaikan modernisme ini disajikan sebagai pembuatan teori agenda baru untuk arsitektur, dilihat dari sudut pandang politik, etika, ilmu bahasa, estetika, dan fenomenologi.
Teori dapat digolongkan menjadi beberapa pokok pikiran masalah berdasarkan subjeknya diantaranya : Preskriptif, proskriptif, Afirmatif, atau Kritis. Yang kesemuanya itu berbeda dari sudut pandang deskriptif yang netral. 
        Teori preskriptif menawarkan penjelasan baru mengenai masalah khusus yang berfungsi untuk menentukan norma baru yang digunakan sebagai pedoman dalam praktek. Jadi ini menaikan standart metode desain. Jenis ini dapat bersifat kritis dalam situasi status quo.
        Sedangkan teori proskritif yang menawarkan keadaan standart apa yang dihindarkan dalam desain. Urbanisme dalam sudut pandang proskriptif didefinisikan tidak secara negatif tetapi lebih kepada pemecahan atau pembelajaran untuk mengatasi hal tersebut, contohnya dengan menentukan zona fungsional. Seperti kode perencanaan kota untuk Seaside, Florida oleh Andreas Duany dan Elizabeth Plater – Zyberk.
        Teori kritis menilai perkembangan dunia arsitektur dan hubungannya dengan masyarakat. Jenis tulisan yang berpolemik ini sering memiliki orientasi politik atau etika yang dinyatakan untuk mendorong perubahan. Teori kritis secara ideologi didasarkan pada marxisme atau feminisme. Contoh yang bagus dari teori kritis adalah Critical Regionalisme karya arsitektur kenneth Frampton yang mengusulkan ketahanan terhadap homogenisasi lingkungan visual melalui tradisi bangunan lokal. Teori kritis bersifat spekulatif, mengandung pertanyaan dan terkadang utopia.
        Inti dari teori – teori yang ada pokoknya mengenai masalah pelaksanaan dan seni. Berasitektur dinyatakan sebagai cikal bakal seni bangunan yang halus. Hal ini sangat berbeda dengan prinsip ilmu matematika dan ilmu yang lainnya. Dilihat dari subjek dasar, prinsip dalam dunia arsitektur dapat digolongkan menjadi 5 point, diantaranya:
1.      Arsitektur yang memiliki tingkatan mutu yang diharuskan oleh seorang arsitek dalam hal kepribadian, pendidikan, dan pengalaman.
2.      Apresiasi arsitektur baik berupa seni maupun kesenangan sebagai salah satu kriteria arsitektur.
3.      Teori desain atau metode konstruksi. Meliputi: teknik, bagian, jenis, bahan, dan prosedur unsur pokok.
4.      contoh contoh senjata arsitektur, pemilihan, dan penyajian yang menyatakan sikap menulis terhadap sejarah.
5.      Sikap tentang hubungan antara teori dan praktek. Pandangan yang tentang subyek pokok ini dinyatakan oleh arsitektur Bernard Tschumi. Bagi Tschumi arsitek bukanlah seni dan teori yang mengambarkan. Tulisannya menunjukan bahwa peran teori merupakan penafsiran dan propokasi.

Jika teori harus membawa hasil sesuai dengan yang diperkirakan maka satu satunya teori yang dapat diterima Preskriptif atau Proskriptif. Kedua aspek dalil ini ditantang oleh para pembuat teori postmodern seperti Alberto Perez Gomez yang berpendapat bahwa kekuatan kritis dari proyek yang tidak dibangun untuk arsitektur kertas. Teori juga menyelamatkan hubungan arsitektur dengan alam paradikma pilosofi dan ilmiah sebagian besar telah membentuk pandangan arsitektur tentang daerah aktifitas dimana alam menjadi pemandangan alam melalui upaya desainer.

 Teori Arsitektur
        Tantangan dalam dunia arsitektur dapat dilihat dari praktek dan karya arsitektur itu sendiri. Teori yang berkembang di dunia Arsitektur berasal dari kritikan, penafsiran, dan deskripsi dari hasil pekerjaan yang telah dihasilkan dan berhasil membangun opini masyarakat sehingga timbul pemahaman baru. Dalam perkembangan dunia arsitektur, muncul aliran post modern yang menekankan pada kunci dominansi persoalan tunggal, hal ini berbeda dengan arsitektur modern yang  bersifat formalisme, dan gagasan fungsionalisme, kebutuhan “ pemecahan radikal ” dan ungkapan jujur bahan dan struktur.
        Sejak pertengahan tahun 1960–an, teori arsitektur benar-benar telah menjadi interdisipliner ; bergantung pada kritis. Proyek perbaikan modernisme ini disajikan sebagai pembuatan teori agenda baru untuk arsitektur, dilihat dari sudut pandang politik, etika, ilmu bahasa, estetika, dan fenomenologi.
Teori dapat digolongkan menjadi beberapa pokok pikiran masalah berdasarkan subjeknya diantaranya : Preskriptif, proskriptif, Afirmatif, atau Kritis. Yang kesemuanya itu berbeda dari sudut pandang deskriptif yang netral. 
        Teori preskriptif menawarkan penjelasan baru mengenai masalah khusus yang berfungsi untuk menentukan norma baru yang digunakan sebagai pedoman dalam praktek. Jadi ini menaikan standart metode desain. Jenis ini dapat bersifat kritis dalam situasi status quo.
        Sedangkan teori proskritif yang menawarkan keadaan standart apa yang dihindarkan dalam desain. Urbanisme dalam sudut pandang proskriptif didefinisikan tidak secara negatif tetapi lebih kepada pemecahan atau pembelajaran untuk mengatasi hal tersebut, contohnya dengan menentukan zona fungsional. Seperti kode perencanaan kota untuk Seaside, Florida oleh Andreas Duany dan Elizabeth Plater – Zyberk.
        Teori kritis menilai perkembangan dunia arsitektur dan hubungannya dengan masyarakat. Jenis tulisan yang berpolemik ini sering memiliki orientasi politik atau etika yang dinyatakan untuk mendorong perubahan. Teori kritis secara ideologi didasarkan pada marxisme atau feminisme. Contoh yang bagus dari teori kritis adalah Critical Regionalisme karya arsitektur kenneth Frampton yang mengusulkan ketahanan terhadap homogenisasi lingkungan visual melalui tradisi bangunan lokal. Teori kritis bersifat spekulatif, mengandung pertanyaan dan terkadang utopia.
        Inti dari teori – teori yang ada pokoknya mengenai masalah pelaksanaan dan seni. Berasitektur dinyatakan sebagai cikal bakal seni bangunan yang halus. Hal ini sangat berbeda dengan prinsip ilmu matematika dan ilmu yang lainnya. Dilihat dari subjek dasar, prinsip dalam dunia arsitektur dapat digolongkan menjadi 5 point, diantaranya:
1.      Arsitektur yang memiliki tingkatan mutu yang diharuskan oleh seorang arsitek dalam hal kepribadian, pendidikan, dan pengalaman.
2.      Apresiasi arsitektur baik berupa seni maupun kesenangan sebagai salah satu kriteria arsitektur.
3.      Teori desain atau metode konstruksi. Meliputi: teknik, bagian, jenis, bahan, dan prosedur unsur pokok.
4.      contoh contoh senjata arsitektur, pemilihan, dan penyajian yang menyatakan sikap menulis terhadap sejarah.
5.      Sikap tentang hubungan antara teori dan praktek. Pandangan yang tentang subyek pokok ini dinyatakan oleh arsitektur Bernard Tschumi. Bagi Tschumi arsitek bukanlah seni dan teori yang mengambarkan. Tulisannya menunjukan bahwa peran teori merupakan penafsiran dan propokasi.
Jika teori harus membawa hasil sesuai dengan yang diperkirakan maka satu satunya teori yang dapat diterima Preskriptif atau Proskriptif. Kedua aspek dalil ini ditantang oleh para pembuat teori postmodern seperti Alberto Perez Gomez yang berpendapat bahwa kekuatan kritis dari proyek yang tidak dibangun untuk arsitektur kertas. Teori juga menyelamatkan hubungan arsitektur dengan alam paradikma pilosofi dan ilmiah sebagian besar telah membentuk pandangan arsitektur tentang daerah aktifitas dimana alam menjadi pemandangan alam melalui upaya desainer.
 Strukturalisme ;
-         Struktural lebih menfokuskan pada kode, konvensi, dan proses pertanggung jawaban dari pekerjaan dimana menciptakan arti sosial. Struktur merupakan sebuah proses yang liguistik, psycoanalitic, metaphisical, logical, sosiological. Dalam desain struktur merupakan sesuatu kejelasan yang dapat mempertegas arti dari desain yang akan diwujudkan.
Post strukturalism ;
Dalam hal ini untuk membedakan strukturalism dan poststrukturalism sangatlah sulit, karena keduanya hampir sama, Dan untuk memisahkannya dilihat dari aspek bahasa arsitektural yang ditimbulkan dalam desain yang ada, poststrukturalisme lebih mengarah pada pemaknaan dari karya desain arsitekturalnya.
Menurut kelompok kami terhadap konteks teori bahasa :
Bahasa dalam arsitektur mempunyai suatu keterkaitan dengan penanda dan pertanda, hal inilah yang kemudian disampaikan oleh perancang untuk memberikan suatu makna terhadap bangunan. Dalam konteks derrida dibahas bahwa tidak ada suatu konteks yang jelas untuk memisahkan antara petanda dengan penanda. Dalam bahasa arsitektural suatu tanda akan membawa kita ketanda seterusnya tanpa suatu batasan yang jelas. Perlu diketahui dalam hal ini tanda sangat tidak indentik dengan makna, kalau makna dapat berubah menurut ruang lingkup dari tanda yang mengikutinya. Pada dasarnya bahasa arsitektural tidak stabil seperti yang telah dijelaskan oleh kaum strukturalisme, jadi elemen bahasa tidak bisa didefinisikan dengan jelas bila tanpa menelusuri tanda yang saling terkait. Poststrukturalisme adalah suatu reaksi yang ditimbulkan oleh strukturalime, poststrukturalisme memiliki kaitan erat dengan konstruksi massa, bidang, material yang membentuk suatu elemen struktural yang tidak terikat dengan standart teori yang ada, tetapi merupakan suatu pengembangan dari teori tersebut.

Contoh dari teori bahasa ialah:
1. Parochial Complex

Vienna, Austria, 1981
Architect :  Werner Appelt.
Bangunan ini merupakan  bangunan ketiga dari Katholik centre yang ada di Vienna. Pada bangunan ini kita dapat melihat bangunan ini memang dengan sengaja didesain dari awal dengan konsep klasik dimana tujuan arsitek yang berusaha menciptakan kesan formal dan religius. Dimana hal tersebut dapat dicapai dengan pengolahan ruang dan tampilan bangunan yang bergaya klasik dan kuno. Dari tampilan depan bangunan yang menggunakan efek dan pengolahan lengkung dalam desain tampilan depan bangunan memperjelas unsur postmodern dalam bangunan ditambah pengolahan masa yang tampak kokoh dengan beton–beton tebal, dimana bukaan hanya mengandalkan jendela yang penempatannya disusun sedemikian rupa sehingga memberikan penerangan yang baik dan cukup terhadap ruangan. Pada bagian interior dari bangunan kita dapat melihat kesan ruang yang tinggi dan besar yang berusaha mencapai kesan monumental yang memang sangat cocok ditimbulkan oleh bangunan – bangunan yang digunakan untuk acara – acara religius.  Dari berbagai segi bangunan ini mempunyai suatu pertanda tersendiri, muali dari tampak luar yang terkesan formil dan religius yang dapat dirasakan dan dibaca dengan pola pemikiran kita. Lalu setelah kita memasuki ruangan akan terkesan berbeda dengan pola pafon yang lengkung dan tinggi akan memberikan suatu kesan akan kebesaran yang kuasa. Bila dibahas lebih dalam lagi konteks bahasa arsitektur akan semakin banyak dan tidak mempunyai batasan yang begitu jelas.
                     
2. Spirit and soul unfold in a Spanish chapel

Kemungkinan besar perancang ingin menghadirkan suatu kestabilan yang dinamis melalui bentuk yang dihadirkan. Maksud dari kestabilan yang dinamis disini ialah perancang ingin menggugah psikologis dari manusianya. Pada bangunan kapel dibuat miring pada sisi-sisinya, dimaksudkan agar pemakai terguncang dan sadar akan dirinya yang tidak berdaya, dan mengakui akan kebesaran penciptanya. Jadi bahasa dalam arsitektur tidak selalu didasarkan akan ornamentasi pada bangunan, tetapi juga dari bentukan yang ditimbulkan yang dapat merangsang pola pemikiran kata dalam merasakan suatu esensi dari ruang yang ditimbulkan.  

1 komentar:

  1. terimakasih mia , karena sudah memberikan ulusan yang sangat jelas tentang teori dalam arsitektur, ulusan ini sangat bermanfaat bagi kami para pembaca

    BalasHapus