(a) dengan ditandainya kemunduran peranan agama
(b) adanya pengakuan masyarakat terhadap kedudukan arsitek secara independent
(c) adanya perubahan sikap antara klien dan arsitek, sehingga terciptanya dialog kultural yang kuat (sikap klien tidak memaksakan kehendak) dan
(d) adanay revolusi industri.
Dalam pandangan umum, pada dasarnya tidak ada arsitek yang melontarkan sebuah teori setelah menyelesaikan karyanya yang pertama. Bila kita perhatikan, bahkan tidak setiap arsitek berani menyusun teori kecuali beberapa diantaranya, teori arsitektur dikemukakan oleh para arsitek yang telah menghasilkan banyak karya. Kebanyakan teori-teori tersebut baru diakui setelah para arsiteknya tiada, yaitu ketika karya-karya mereka diakui keberhasilannya karena mampu bertahan terhadap waktu. Pengakuan itupun tidak mutla, juga tidak abadi. Dilain waktu, pada lain kesempatan, karya-karya mereka dijadikan titik tolak untuk menolak teori arsitektur yang mereka ajukan.
suatu teori dalam arsitektur digunakan untuk mencari apa yang sebenarnya harus dicapai dalam arsitektur dan bagaimana cara yang baik untuk merancang. Teori dalam arsitektur cenderung tidak seteliti dan secermat dalam ilmu pengetahuan yang lain (objektif), suatu ciri penting dari teori ilmiah yang tidak terdapat dalam arsitektur ialah pembuktian yang terperinci. Desain arsitektur sebagian besar lebih merupakan kegiatan merumuskan dari pada kegiatan menguraikan. Arsitektur tidak memilahkan bagian-bagian, ia mencernakan dan memadukan bermacam ramuan unsur dalam cara-cara baru dan keadaan baru, sehingga hasil seluruhnya tidak dapat diramalkan. Teori dalam arsitektur adalah hipotesa, harapan dan dugaan-dugaan tentang apa yang terjadi bila semua unsur yang menjadikan bangunan dikumpulkan dalam satu cara, tempat dan waktu tertentu. Dalam teori arsitektur tidak dapat dirumuskan atau cara untuk meramalkan bagaimana nasib rancangannya. Misalnya: tidak terdapatnya cara untuk meramalkan bahwa menara Eiffel mulanya dianggap sebagai suatu cela di kaki langit Paris dan kemudian menjadi lambang kota yang langgeng dan asasi.
Teori praktek arsitektur
Tantangan dalam dunia arsitektur dapat
dilihat dari praktek dan karya arsitektur itu sendiri. Teori yang berkembang di
dunia Arsitektur berasal dari kritikan, penafsiran, dan deskripsi dari hasil
pekerjaan yang telah dihasilkan dan berhasil membangun opini masyarakat
sehingga timbul pemahaman baru. Dalam perkembangan dunia arsitektur, muncul
aliran post modern yang menekankan pada kunci dominansi persoalan tunggal, hal
ini berbeda dengan arsitektur modern yang
bersifat formalisme, dan gagasan fungsionalisme, kebutuhan “ pemecahan
radikal ” dan ungkapan jujur bahan dan struktur.Sejak pertengahan tahun
1960–an, teori arsitektur benar-benar telah menjadi interdisipliner ;
bergantung pada kritis. Proyek perbaikan modernisme ini disajikan sebagai
pembuatan teori agenda baru untuk arsitektur, dilihat dari sudut pandang
politik, etika, ilmu bahasa, estetika, dan fenomenologi.
Teori dapat digolongkan menjadi beberapa pokok pikiran masalah berdasarkan
subjeknya diantaranya : Preskriptif, proskriptif, Afirmatif, atau Kritis. Yang
kesemuanya itu berbeda dari sudut pandang deskriptif yang netral.
Teori preskriptif menawarkan penjelasan
baru mengenai masalah khusus yang berfungsi untuk menentukan norma baru yang
digunakan sebagai pedoman dalam praktek. Jadi ini menaikan standart metode
desain. Jenis ini dapat bersifat kritis dalam situasi status quo.
Sedangkan teori proskritif yang
menawarkan keadaan standart apa yang dihindarkan dalam desain. Urbanisme dalam
sudut pandang proskriptif didefinisikan tidak secara negatif tetapi lebih
kepada pemecahan atau pembelajaran untuk mengatasi hal tersebut, contohnya
dengan menentukan zona fungsional. Seperti kode perencanaan kota untuk Seaside,
Florida oleh Andreas Duany dan Elizabeth Plater – Zyberk.
Teori kritis menilai perkembangan dunia
arsitektur dan hubungannya dengan masyarakat. Jenis tulisan yang berpolemik ini
sering memiliki orientasi politik atau etika yang dinyatakan untuk mendorong
perubahan. Teori kritis secara ideologi didasarkan pada marxisme atau
feminisme. Contoh yang bagus dari teori kritis adalah Critical Regionalisme
karya arsitektur kenneth Frampton yang mengusulkan ketahanan terhadap
homogenisasi lingkungan visual melalui tradisi bangunan lokal. Teori kritis
bersifat spekulatif, mengandung pertanyaan dan terkadang utopia.
Inti dari teori – teori yang ada
pokoknya mengenai masalah pelaksanaan dan seni. Berasitektur dinyatakan sebagai
cikal bakal seni bangunan yang halus. Hal ini sangat berbeda dengan prinsip
ilmu matematika dan ilmu yang lainnya. Dilihat dari subjek dasar, prinsip dalam
dunia arsitektur dapat digolongkan menjadi 5 point, diantaranya:
1.
Arsitektur yang memiliki tingkatan mutu yang diharuskan oleh seorang arsitek
dalam hal kepribadian, pendidikan, dan pengalaman.
2.
Apresiasi arsitektur baik berupa seni maupun kesenangan sebagai salah satu
kriteria arsitektur.
3.
Teori desain atau metode konstruksi. Meliputi: teknik, bagian, jenis, bahan,
dan prosedur unsur pokok.
4.
contoh contoh senjata arsitektur, pemilihan, dan penyajian yang menyatakan
sikap menulis terhadap sejarah.
5.
Sikap tentang hubungan antara teori dan praktek. Pandangan yang tentang subyek
pokok ini dinyatakan oleh arsitektur Bernard Tschumi. Bagi Tschumi arsitek
bukanlah seni dan teori yang mengambarkan. Tulisannya menunjukan bahwa peran
teori merupakan penafsiran dan propokasi.
Jika teori harus membawa hasil sesuai dengan yang
diperkirakan maka satu satunya teori yang dapat diterima Preskriptif atau
Proskriptif. Kedua aspek dalil ini ditantang oleh para pembuat teori postmodern
seperti Alberto Perez Gomez yang berpendapat bahwa kekuatan kritis dari proyek
yang tidak dibangun untuk arsitektur kertas. Teori juga menyelamatkan hubungan
arsitektur dengan alam paradikma pilosofi dan ilmiah sebagian besar telah
membentuk pandangan arsitektur tentang daerah aktifitas dimana alam menjadi
pemandangan alam melalui upaya desainer.
Teori
Arsitektur
Tantangan dalam dunia arsitektur dapat
dilihat dari praktek dan karya arsitektur itu sendiri. Teori yang berkembang di
dunia Arsitektur berasal dari kritikan, penafsiran, dan deskripsi dari hasil
pekerjaan yang telah dihasilkan dan berhasil membangun opini masyarakat
sehingga timbul pemahaman baru. Dalam perkembangan dunia arsitektur, muncul
aliran post modern yang menekankan pada kunci dominansi persoalan tunggal, hal
ini berbeda dengan arsitektur modern yang
bersifat formalisme, dan gagasan fungsionalisme, kebutuhan “ pemecahan
radikal ” dan ungkapan jujur bahan dan struktur.
Sejak pertengahan tahun 1960–an, teori
arsitektur benar-benar telah menjadi interdisipliner ; bergantung pada kritis.
Proyek perbaikan modernisme ini disajikan sebagai pembuatan teori agenda baru
untuk arsitektur, dilihat dari sudut pandang politik, etika, ilmu bahasa,
estetika, dan fenomenologi.
Teori dapat digolongkan menjadi beberapa pokok pikiran masalah berdasarkan
subjeknya diantaranya : Preskriptif, proskriptif, Afirmatif, atau Kritis. Yang
kesemuanya itu berbeda dari sudut pandang deskriptif yang netral.
Teori preskriptif menawarkan penjelasan
baru mengenai masalah khusus yang berfungsi untuk menentukan norma baru yang
digunakan sebagai pedoman dalam praktek. Jadi ini menaikan standart metode
desain. Jenis ini dapat bersifat kritis dalam situasi status quo.
Sedangkan teori proskritif yang
menawarkan keadaan standart apa yang dihindarkan dalam desain. Urbanisme dalam
sudut pandang proskriptif didefinisikan tidak secara negatif tetapi lebih
kepada pemecahan atau pembelajaran untuk mengatasi hal tersebut, contohnya
dengan menentukan zona fungsional. Seperti kode perencanaan kota untuk Seaside,
Florida oleh Andreas Duany dan Elizabeth Plater – Zyberk.
Teori kritis menilai perkembangan dunia
arsitektur dan hubungannya dengan masyarakat. Jenis tulisan yang berpolemik ini
sering memiliki orientasi politik atau etika yang dinyatakan untuk mendorong
perubahan. Teori kritis secara ideologi didasarkan pada marxisme atau
feminisme. Contoh yang bagus dari teori kritis adalah Critical Regionalisme
karya arsitektur kenneth Frampton yang mengusulkan ketahanan terhadap
homogenisasi lingkungan visual melalui tradisi bangunan lokal. Teori kritis
bersifat spekulatif, mengandung pertanyaan dan terkadang utopia.
Inti dari teori – teori yang ada
pokoknya mengenai masalah pelaksanaan dan seni. Berasitektur dinyatakan sebagai
cikal bakal seni bangunan yang halus. Hal ini sangat berbeda dengan prinsip
ilmu matematika dan ilmu yang lainnya. Dilihat dari subjek dasar, prinsip dalam
dunia arsitektur dapat digolongkan menjadi 5 point, diantaranya:
1.
Arsitektur yang memiliki tingkatan mutu yang diharuskan oleh seorang arsitek
dalam hal kepribadian, pendidikan, dan pengalaman.
2.
Apresiasi arsitektur baik berupa seni maupun kesenangan sebagai salah satu
kriteria arsitektur.
3.
Teori desain atau metode konstruksi. Meliputi: teknik, bagian, jenis, bahan,
dan prosedur unsur pokok.
4.
contoh contoh senjata arsitektur, pemilihan, dan penyajian yang menyatakan
sikap menulis terhadap sejarah.
5.
Sikap tentang hubungan antara teori dan praktek. Pandangan yang tentang subyek
pokok ini dinyatakan oleh arsitektur Bernard Tschumi. Bagi Tschumi arsitek
bukanlah seni dan teori yang mengambarkan. Tulisannya menunjukan bahwa peran
teori merupakan penafsiran dan propokasi.
Jika teori harus membawa hasil sesuai dengan yang
diperkirakan maka satu satunya teori yang dapat diterima Preskriptif atau
Proskriptif. Kedua aspek dalil ini ditantang oleh para pembuat teori postmodern
seperti Alberto Perez Gomez yang berpendapat bahwa kekuatan kritis dari proyek
yang tidak dibangun untuk arsitektur kertas. Teori juga menyelamatkan hubungan
arsitektur dengan alam paradikma pilosofi dan ilmiah sebagian besar telah
membentuk pandangan arsitektur tentang daerah aktifitas dimana alam menjadi
pemandangan alam melalui upaya desainer.
Strukturalisme
;
-
Struktural lebih menfokuskan pada kode, konvensi, dan proses pertanggung
jawaban dari pekerjaan dimana menciptakan arti sosial. Struktur merupakan
sebuah proses yang liguistik, psycoanalitic, metaphisical, logical,
sosiological. Dalam desain struktur merupakan sesuatu kejelasan yang dapat
mempertegas arti dari desain yang akan diwujudkan.
Post strukturalism
;
Dalam hal ini untuk
membedakan strukturalism dan poststrukturalism sangatlah sulit, karena keduanya
hampir sama, Dan untuk memisahkannya dilihat dari
aspek bahasa arsitektural yang ditimbulkan dalam desain yang ada,
poststrukturalisme lebih mengarah pada pemaknaan dari karya desain
arsitekturalnya.
Menurut kelompok kami terhadap konteks teori bahasa :
Bahasa
dalam arsitektur mempunyai suatu keterkaitan dengan penanda dan pertanda, hal
inilah yang kemudian disampaikan oleh perancang untuk memberikan suatu makna
terhadap bangunan. Dalam konteks derrida dibahas
bahwa tidak ada suatu konteks yang jelas untuk memisahkan antara petanda dengan
penanda. Dalam bahasa arsitektural suatu tanda akan
membawa kita ketanda seterusnya tanpa suatu batasan yang jelas. Perlu diketahui dalam hal ini tanda sangat tidak indentik dengan
makna, kalau makna dapat berubah menurut ruang lingkup dari tanda yang
mengikutinya. Pada dasarnya bahasa arsitektural tidak
stabil seperti yang telah dijelaskan oleh kaum strukturalisme, jadi elemen
bahasa tidak bisa didefinisikan dengan jelas bila tanpa menelusuri tanda yang
saling terkait. Poststrukturalisme adalah suatu reaksi yang ditimbulkan
oleh strukturalime, poststrukturalisme memiliki kaitan erat dengan konstruksi massa, bidang, material yang membentuk suatu elemen
struktural yang tidak terikat dengan standart teori yang ada, tetapi merupakan
suatu pengembangan dari teori tersebut.
Contoh dari teori bahasa
ialah:
1. Parochial Complex
Vienna, Austria, 1981
Architect
: Werner Appelt.
Bangunan
ini merupakan bangunan
ketiga dari Katholik centre yang ada di Vienna. Pada bangunan
ini kita dapat melihat bangunan ini memang dengan sengaja didesain dari awal
dengan konsep klasik dimana tujuan arsitek yang berusaha menciptakan kesan
formal dan religius. Dimana hal tersebut dapat dicapai
dengan pengolahan ruang dan tampilan bangunan yang bergaya klasik dan kuno.
Dari tampilan depan bangunan yang menggunakan efek dan pengolahan lengkung
dalam desain tampilan depan bangunan memperjelas unsur postmodern dalam
bangunan ditambah pengolahan masa yang tampak kokoh dengan beton–beton tebal,
dimana bukaan hanya mengandalkan jendela yang penempatannya disusun sedemikian
rupa sehingga memberikan penerangan yang baik dan cukup terhadap ruangan. Pada bagian interior dari bangunan kita dapat melihat kesan ruang
yang tinggi dan besar yang berusaha mencapai kesan monumental yang memang
sangat cocok ditimbulkan oleh bangunan – bangunan yang digunakan untuk acara –
acara religius. Dari berbagai segi bangunan ini mempunyai suatu pertanda
tersendiri, muali dari tampak luar yang terkesan formil dan religius yang dapat
dirasakan dan dibaca dengan pola pemikiran kita. Lalu setelah kita
memasuki ruangan akan terkesan berbeda dengan pola
pafon yang lengkung dan tinggi akan memberikan suatu kesan akan kebesaran yang
kuasa. Bila dibahas lebih dalam lagi konteks bahasa arsitektur akan semakin banyak dan tidak mempunyai batasan yang begitu
jelas.
2. Spirit and soul unfold in a Spanish chapel
Kemungkinan
besar perancang ingin menghadirkan suatu kestabilan yang dinamis melalui bentuk
yang dihadirkan. Maksud dari kestabilan yang
dinamis disini ialah perancang ingin menggugah psikologis dari manusianya.
Pada bangunan kapel dibuat miring pada sisi-sisinya, dimaksudkan agar pemakai
terguncang dan sadar akan dirinya yang tidak berdaya,
dan mengakui akan kebesaran penciptanya. Jadi bahasa dalam arsitektur tidak
selalu didasarkan akan ornamentasi pada bangunan,
tetapi juga dari bentukan yang ditimbulkan yang dapat merangsang pola pemikiran
kata dalam merasakan suatu esensi dari ruang yang ditimbulkan.
terimakasih mia , karena sudah memberikan ulusan yang sangat jelas tentang teori dalam arsitektur, ulusan ini sangat bermanfaat bagi kami para pembaca
BalasHapus