Sabtu, 16 Februari 2013

Dekonstruksi

Dekonstruksi menganalisis poin dan konsep yang sebenarnya dapat dimengerti diri kita sendiri secara alami,dengan tujuan memasukkan unsur filosofi dalam menghadirkan bentukan baru yang bertolak belakang satu sama lain.
Dekonstruksi merupakan bentuk kritik postmodern terhadap arsitektur modern  yang ingin mengakhiri dominasi arsitektur modern,ingin melepaskan diri dari form follow function
 Artinya disini bahwa Dekonstruksi adalah merupakan suatu gerakan  yang ingin melepaskan diri dari ketergantungan  pada arsitektur modern, melepaskan diri dari kungkungan doktrin form follow function, menitikberatkan bentukan daripada fungsi, mengubah slogan menjadi function follow form atau ada juga yang menggantinya dengan  form follow fun, bentukan bisa semaunya berdasarkan konsep sang arsitek,fungsi ruang mengikuti belakangan tanpa mengurangi nilai fungsi dan estetis. Dalam mencapai bentukan yang diiginkan terkadang menghadirkan dua hal yang saling bersebrangan dan berlawanan, antara ada dan tidak ada, ide kebanyakan berangkat dari elemen –elemen ruang yang telah dipisah –pisah dan diuraikan menjadi bagian – bagian yang kemudian dikomposisi ulang  

Teori Dekonstruksi
Menurut Nietzche dan Derrida, Dekonstruksi adalah terdiri dari komponen de dan dis  yang bila diartikan
“Dekonstruksi itu tidak tersentral, tidak terkomposisi dan memisah struktur ke dalam bagian menolak kepalsuan, mencemooh, mengutuk, mencela semua nilai dan tujuan yang dicapai oleh pemikiran tunggal dan menunjukkan sejauh mana keterkaitannya. Merendahkan sistem unity, menon-manusiawikan kemanusiaan, menon-sakralkan agama, menurunkan monarkhi, menon-sentralkan kota, menghancurkan dan menurunkan kualitas atau hanya dengan memindahkan saja.
Akhirnya untuk mereka yang menginginkan keharmonisan sosial dan setidaknya gedung berdiri saja harus ada pengrusakan, pembongkaran dan penghancuran.Asas Dekonstruksi harus humor, ironis, skeptical, penuh dengan peran atau tidak tersikap, kesalahpahaman terhadap agendanya sendiri dan pengkhianatan terhadap ketidakjujuran”.
Teori oleh derrida dan Nietzche sangat cocok dan tepat sekali dalam menjelaskan definisi dari dekonstruksi untuk lebih  jelasnya akan diambilkan sebuah contoh bangunan di Budapest milik Laslo Rajk 

Aplikasi Bentukan
      
Bangunan ini memakai teknik montage  yang mengambil elemen arsitektural dari bangunan dilingkungan sekitarnya, struktur dasarnya dengan merakit semua elemen – elemen façade tersebut.Tampaknya yang kelihatan kacau hasil karakteristik individual terlihat statis, dekoratif namun tetap dinamis. Detail façade berubah secara konstan  ketika ditemukan elemen - elemen baru oleh para penyewa stan didalamnyaLeher ter ini merupakan salah satu contoh obyek yang hampir mendekati dengan asas dekonstruksi, cocok dengan  dan swesuai baik dengan sub paradigma dekonstruksi maupun klop dengan  teori milik Derrida dan Nietzsche
 PARADIGMA 4 : MARXISME
Aliran kelompok Marxisme lebih menitikberatkan perubahan besar-besaran dalam bidang arsitektur yang dapat memenuhi kebutuhan sosial, perubahan berupa bentuk kerjasama grup berkala seperti revolusi mahasiswa yang diharapkan membawa perubahan besar. Institusi memegang peranan penting dalam melakukan kontrol dan fungsi sosial. 
Teori Marxism
Menurut Marshall Berman,  dalam bukunya “All that is solid melts into air”Subtitle Experience of Modernity
“Revolusi dari produksi yang konstan, gangguan yang tidak terinterupsi dari semua hubungan sosial ketidakpastian abadi dan yang mendorong, membedakan jaman borjuis dengan jaman sebelumnya. Semua kepastian, hubungan kaku yang cepat, dengan kereta penuh ide-ide dan pendapat mulia, semua bentukan baru menjadi kuno sebelum mereka menjadi hancur. Semua terkikis, semua melebur di udara. Semua hal yang suci menjadi tidak senonoh dan manusia ditantang menghadapi kondisi sebenarnya dengan akalnya”.
Teori  berhubungan dengan paradigma Marxisme, karena adanya hal yang menceritakan tentang revolusi besar-besaran secara konstan yang menghendaki terjadinya bentukan baru dalam lingkungan sosial, manusia seperti ditantang untuk bepikir  dalam menghadapi realita


Aplikasi Bentukan

Samitaur Building oleh Eric Owen Moss merupakan salah satu contoh yang diambil untuk membuktikan teori dari Marshall Berman. Beberapa poin penting dari Marxism secara garis besar yaitu adanya perubahan besar di bidang sosial yang berhubungan dengan gaya arsitektur borjuis, kemudian hasil karya merupakan bentuk kerjasama kelompok, menyatukan philosophy sejarah psychology dan politik ke dalam suatu aliran.


Pada Samitaur Building ini terlihat adanya beberapa faktor di atas yaitu hasil karya ini merupakan bentuk kerjasama kelompok terdiri dari grup arsitek, lebih dari satu arsitek (Smith dan Moss) menggabungkan dua pola pikir yang membawa ke perubahan besar.
Gaya bangunannya yang masif seolah mengambil bentukan arsitektur klasik yang kemudian dimodifikasi, cenderung dominan di lingkungannya dan mempengaruhi bentukan bangunan tetangga. Hal ini dianggap merupakan perubahan di bidang sosial yang berhubungan dengan gaya borjuis.
Yang paling penting adanya penyatuan philosophy, sejarah, pstychology dan politik ke dalam suatu aliran.
Philosophy menggunakan apa yang disebutnya sebagai Gnostic architecture yaitu rumit, individual dan open ended.
Sejarah terlihat dari bentuknya yang masif diberi lubang kecil di sana-sini dan permainan bayangan yang diciptakan dari bentukannya, tanpa permainan material.
Politik yang diterapkan adalah memaksimalkan pemanfaatan site yang kecil, sehingga bangunan diangkat dan menghubungkan 3 buah gudang, secara tidak langsung menyatukan geografi dan membentuk topografi yang unik.
Bila dikaitkan dengan teori Berman yang menyatakan semua hal suci menjadi tidak senonoh dan melebur menjadi satu di udara, membuat manusia ditantang untuk mencari akal menghadapi realita. Kiranya Samitaur Building bisa dikategorikan dalam ke paradigma Marxism dan sesuai atau cocok dengan teori Berman yang diambil dari Communist Manifesto, Karl Marx. 

PARADIGMA 5 : FEMINISME

Sistem arsitektur didefinisikan dari apa yang ikut serta dan  yang tidak diikutsertakan, menekankan pada psychoanalisis yang memiliki arti ruang sebagai penekanan pada interior didefinisikan oleh wanita dan tubuhnya serta sistem yang terkandung dalam penekanan tersebut.
Aliran feminisme lahir karena didasari rasa ingin mendapatkan persamaan kedudukan dengan kaum pria dalam aspek social politik, hukum, pendidikan  dimana wanita diharapkan lebih berperan dalam arsitektur (include) daripada hanya dieksploitasi keindahan tubuhnya, dijadikan patokan dalam represi makna rung interior (exclude).
Dalam arsitektur postmodern kebanyakan pria lebih memegang peranan penting dalam perubahan dunia arsitektur, melihat hal ini para arsitek – arsitek wanita menuntut persamaan  kedudukan  melalaui gerakan feminisme. Mereka menyadari bahwa selama ini  tubuh dan kemolekan mereka dijadikan objek dalam arsitektur (diikutsertakan ) terutama dalam penataan interior ruang  tanpa adanya kesempatan  ikut serta sendiri dalam berarsitektur.Selain itu juga memperjuangkan persamaan kedudukan dalam hal upah kerja,persamaan hukum dan pendidikan
Teori Feminisme
        Menurut Dolores Hayden dalam “What Would a Non Sexist City Be Like ?”
“Saya mempercayai titik serang feminist yang menunjukkan adanya pembagian ruang publik dengan ruang privat”
        Para feminist menuntut adanya pembagian ruang dalam arsitektur yang memperhatikan kebutuhan ruang seorang wanita, seperti adanya dapur khusus dan taman pribadi. Mereka menginginkan pembagian ruang yang jelas antara ruang privat dan publik dengan tambahan ruang yang lebih baik. Kaitannya dengan paradigma, adalah  dari teori ini kita dapat melihat adanya jalan pemikiran yang sama antara Hayden dengan feminist yang lain yang menolak adanya pengeksploitasian tubuh wanita sebagai acuan estetis interior , sehingga mereka menuntut lebih ke pembagian ruang yang jelas


Aplikasi Bentukan

Salah satu contoh arsitek wanita yang  sejalan dengan pemikiran ini  mungkin adalah Zaha Hadid  dengan bangunannya Science Centre  Wolfsburg di Jerman. Bangunan ini merupakan galery dimana bentukan bangunan geometri penuh sudut saling berpotongan dan kadang hanya berupa bidang yang membentuk rongga . Dibuat berdasar sistem visual axis,berkesan masif tapi ringan dengan konsep ruang yang menciptakan hubungan organis antara public square dengan gallery dan foyer
Dilihat dari konsep ruang terlihat adanya pembagian ,namun kurang begitu jelas mana yang publik dan yang privat .Bila dikaitkan antara teori Dolores dengan bangunan Zaha terlihat adanya hubungan walaupun tidak langsung,tapi ada kecocokan antara keduanya sama-sama membatasi area publik dan privat dengan caranya sendiri. Dikaitkan dengan paradigma feminism  yaitu adanya penataan interior yang  yang terdiri dari bidang yang menampilkan kesederhanaan sekaligus kerumitan  yang tingi tanpa pemakaian tubuh wanita sebagai acuan estetis interior
Contoh ini dapat masuk dalam teori  Hayden walaupun lemah , dan cocok dengan paradigma feminism 
 Tema arsitektural postmodern
Pada postmodern teori titik beratnya ada pada pelestarian aset – aset perkotaan yang menjadi artifak budaya , dimana seni memainkan peranan penting dalam teori arsitektur postmodern daripada teknologi
.Segi positif dari arsitektur modern adalah didasarkan pada prinsip kenikmatan salah satu contohnya adalah kualitas ruang yang terbentuk mesti nyaman,standard dan sebagainya
Salah satu hal yang menantang dalam arsitektur postmodern adalah  adanya pengulangan secara original, meminjam hasil karya orang lain untuk ditampilkan kembali  pada kebanyakan karya arsitektur modern seperti menghasilkan karya maskulin untuk artis yang feminim,salah satu cara menarik perhatian penikmat seni

Tidak ada komentar:

Posting Komentar