Dekonstruksi merupakan bentuk kritik
postmodern terhadap arsitektur modern yang ingin mengakhiri dominasi
arsitektur modern,ingin melepaskan diri dari form follow function
Artinya disini bahwa Dekonstruksi adalah
merupakan suatu gerakan
yang ingin melepaskan diri dari ketergantungan pada arsitektur modern, melepaskan diri dari
kungkungan doktrin form follow function, menitikberatkan bentukan daripada fungsi,
mengubah slogan menjadi function follow form atau ada juga
yang menggantinya dengan form
follow fun, bentukan bisa semaunya berdasarkan konsep sang arsitek,fungsi
ruang mengikuti belakangan tanpa mengurangi nilai fungsi dan estetis. Dalam
mencapai bentukan yang diiginkan terkadang menghadirkan dua hal yang saling
bersebrangan dan berlawanan, antara ada dan tidak ada, ide kebanyakan berangkat
dari elemen –elemen ruang yang telah dipisah –pisah dan diuraikan menjadi
bagian – bagian yang kemudian dikomposisi ulang
Teori
Dekonstruksi
Menurut Nietzche dan
Derrida, Dekonstruksi adalah terdiri dari komponen de dan dis yang bila diartikan
“Dekonstruksi itu tidak tersentral,
tidak terkomposisi dan memisah struktur ke dalam bagian menolak kepalsuan,
mencemooh, mengutuk, mencela semua nilai dan tujuan yang dicapai oleh pemikiran
tunggal dan menunjukkan sejauh mana keterkaitannya.
Merendahkan sistem unity, menon-manusiawikan kemanusiaan, menon-sakralkan
agama, menurunkan monarkhi, menon-sentralkan kota,
menghancurkan dan menurunkan kualitas atau hanya dengan memindahkan saja.
Akhirnya untuk mereka yang
menginginkan keharmonisan sosial dan setidaknya gedung berdiri saja harus ada
pengrusakan, pembongkaran dan penghancuran.Asas
Dekonstruksi harus humor, ironis, skeptical, penuh dengan peran atau tidak
tersikap, kesalahpahaman terhadap agendanya sendiri dan pengkhianatan terhadap
ketidakjujuran”.
Teori oleh derrida dan Nietzche
sangat cocok dan tepat sekali dalam menjelaskan definisi dari dekonstruksi
untuk lebih jelasnya
akan diambilkan sebuah contoh bangunan di Budapest milik Laslo Rajk
Aplikasi
Bentukan
Bangunan ini memakai teknik montage yang
mengambil elemen arsitektural dari bangunan dilingkungan sekitarnya, struktur
dasarnya dengan merakit semua elemen – elemen façade tersebut.Tampaknya yang
kelihatan kacau hasil karakteristik individual terlihat statis, dekoratif namun
tetap dinamis. Detail façade berubah secara konstan ketika ditemukan elemen - elemen baru
oleh para penyewa stan didalamnyaLeher ter ini merupakan salah satu contoh
obyek yang hampir mendekati dengan asas dekonstruksi, cocok dengan dan swesuai baik dengan sub paradigma
dekonstruksi maupun klop dengan teori
milik Derrida dan Nietzsche
PARADIGMA 4 :
MARXISME
Aliran
kelompok Marxisme lebih menitikberatkan perubahan besar-besaran dalam bidang
arsitektur yang dapat memenuhi kebutuhan sosial, perubahan berupa bentuk
kerjasama grup berkala seperti revolusi mahasiswa yang diharapkan membawa
perubahan besar. Institusi memegang peranan
penting dalam melakukan kontrol dan fungsi sosial.
Teori
Marxism
Menurut Marshall Berman, dalam bukunya “All
that is solid melts into air”Subtitle Experience of Modernity
“Revolusi
dari produksi yang konstan, gangguan yang tidak terinterupsi dari semua
hubungan sosial ketidakpastian abadi dan yang mendorong, membedakan jaman
borjuis dengan jaman sebelumnya. Semua
kepastian, hubungan kaku yang cepat, dengan kereta penuh ide-ide dan pendapat
mulia, semua bentukan baru menjadi kuno sebelum mereka menjadi hancur. Semua terkikis, semua melebur di udara. Semua
hal yang suci menjadi tidak senonoh dan manusia ditantang menghadapi kondisi
sebenarnya dengan akalnya”.
Teori berhubungan dengan
paradigma Marxisme, karena adanya hal yang menceritakan tentang revolusi
besar-besaran secara konstan yang menghendaki terjadinya bentukan baru dalam
lingkungan sosial, manusia seperti ditantang untuk bepikir dalam menghadapi realita
Aplikasi
Bentukan
Samitaur
Building oleh Eric Owen Moss merupakan salah satu contoh yang diambil untuk
membuktikan teori dari Marshall Berman. Beberapa poin penting
dari Marxism secara garis besar yaitu adanya perubahan besar di bidang sosial
yang berhubungan dengan gaya arsitektur borjuis,
kemudian hasil karya merupakan bentuk kerjasama kelompok, menyatukan philosophy
sejarah psychology dan politik ke dalam suatu aliran.
Pada
Samitaur Building ini terlihat adanya beberapa faktor di atas yaitu hasil karya
ini merupakan bentuk kerjasama kelompok terdiri dari grup arsitek, lebih dari
satu arsitek (Smith dan Moss) menggabungkan dua pola pikir yang membawa ke
perubahan besar.
Gaya
bangunannya yang masif seolah mengambil bentukan arsitektur klasik yang
kemudian dimodifikasi, cenderung dominan di lingkungannya dan mempengaruhi
bentukan bangunan tetangga. Hal ini dianggap merupakan
perubahan di bidang sosial yang berhubungan dengan gaya
borjuis.
Yang
paling penting adanya penyatuan philosophy, sejarah, pstychology dan politik ke
dalam suatu aliran.
Philosophy menggunakan apa yang disebutnya sebagai Gnostic architecture yaitu
rumit, individual dan open ended.
Sejarah
terlihat dari bentuknya yang masif diberi lubang kecil di sana-sini dan
permainan bayangan yang diciptakan dari bentukannya, tanpa permainan material.
Politik
yang diterapkan adalah memaksimalkan pemanfaatan site yang kecil, sehingga
bangunan diangkat dan menghubungkan 3 buah gudang, secara tidak langsung
menyatukan geografi dan membentuk topografi yang unik.
Bila
dikaitkan dengan teori Berman yang menyatakan semua hal suci menjadi tidak
senonoh dan melebur menjadi satu di udara, membuat manusia ditantang untuk
mencari akal menghadapi realita. Kiranya
Samitaur Building bisa dikategorikan dalam ke paradigma Marxism dan sesuai atau
cocok dengan teori Berman yang diambil dari Communist Manifesto, Karl Marx.
PARADIGMA 5 : FEMINISME
Sistem arsitektur
didefinisikan dari apa yang ikut serta dan yang tidak diikutsertakan, menekankan
pada psychoanalisis yang memiliki arti ruang sebagai penekanan pada interior
didefinisikan oleh wanita dan tubuhnya serta sistem yang terkandung dalam
penekanan tersebut.
Aliran feminisme lahir
karena didasari rasa ingin mendapatkan persamaan kedudukan dengan kaum pria
dalam aspek social politik, hukum, pendidikan dimana wanita diharapkan lebih
berperan dalam arsitektur (include) daripada hanya dieksploitasi keindahan
tubuhnya, dijadikan patokan dalam represi makna rung interior (exclude).
Dalam arsitektur
postmodern kebanyakan pria lebih memegang peranan penting dalam perubahan dunia
arsitektur, melihat hal ini para arsitek – arsitek wanita menuntut persamaan kedudukan melalaui gerakan feminisme. Mereka menyadari
bahwa selama ini tubuh
dan kemolekan mereka dijadikan objek dalam arsitektur (diikutsertakan )
terutama dalam penataan interior ruang
tanpa adanya kesempatan ikut
serta sendiri dalam berarsitektur.Selain itu juga memperjuangkan persamaan
kedudukan dalam hal upah kerja,persamaan hukum dan pendidikan
Teori
Feminisme
Menurut
Dolores Hayden dalam “What Would a Non Sexist City Be Like ?”
“Saya mempercayai titik serang feminist yang
menunjukkan adanya pembagian ruang publik dengan ruang privat”
Para feminist menuntut adanya pembagian
ruang dalam arsitektur yang memperhatikan kebutuhan ruang seorang wanita,
seperti adanya dapur khusus dan taman pribadi. Mereka menginginkan pembagian ruang yang jelas antara ruang privat
dan publik dengan tambahan ruang yang lebih baik. Kaitannya dengan
paradigma, adalah dari teori ini kita
dapat melihat adanya jalan pemikiran yang sama antara Hayden dengan feminist
yang lain yang menolak adanya pengeksploitasian tubuh wanita sebagai acuan
estetis interior , sehingga mereka menuntut lebih ke pembagian ruang yang jelas
Aplikasi
Bentukan
Salah satu contoh arsitek wanita yang sejalan dengan
pemikiran ini mungkin adalah Zaha
Hadid dengan bangunannya Science
Centre Wolfsburg di Jerman. Bangunan ini
merupakan galery dimana bentukan bangunan geometri penuh sudut saling
berpotongan dan kadang hanya berupa bidang yang membentuk rongga
. Dibuat berdasar sistem visual axis,berkesan
masif tapi ringan dengan konsep ruang yang menciptakan hubungan organis antara
public square dengan gallery dan foyer
Dilihat dari konsep ruang
terlihat adanya pembagian ,namun kurang begitu jelas
mana yang publik dan yang privat .Bila dikaitkan antara teori Dolores dengan
bangunan Zaha terlihat adanya hubungan walaupun tidak langsung,tapi ada kecocokan
antara keduanya sama-sama membatasi area publik dan privat dengan caranya
sendiri. Dikaitkan dengan paradigma feminism yaitu adanya penataan interior
yang yang terdiri dari bidang yang
menampilkan kesederhanaan sekaligus kerumitan
yang tingi tanpa pemakaian tubuh wanita sebagai acuan estetis interior
Contoh ini dapat masuk dalam teori Hayden walaupun
lemah , dan cocok dengan paradigma feminism
Tema arsitektural postmodern
Pada postmodern teori
titik beratnya ada pada pelestarian aset – aset perkotaan yang menjadi artifak budaya , dimana seni memainkan peranan penting dalam teori
arsitektur postmodern daripada teknologi
.Segi positif dari
arsitektur modern adalah didasarkan pada prinsip kenikmatan salah satu
contohnya adalah kualitas ruang yang terbentuk mesti nyaman,standard
dan sebagainya
Salah satu hal yang
menantang dalam arsitektur postmodern adalah adanya pengulangan secara original,
meminjam hasil karya orang lain untuk ditampilkan kembali pada kebanyakan karya arsitektur modern seperti
menghasilkan karya maskulin untuk artis yang feminim,salah satu cara menarik
perhatian penikmat seni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar