Masalah komunikasi
yang paling sulit bukanlah menjelaskan konsep kita kepada orang lain, melainkan
dalam menjelaskan gagasan kita kepada diri sendiri. Masalah lain yang
mempengaruhi perumusan konsep adalah komunikasi grafis. Ironisnya, banyak
mahasiswa yang ragu-ragu membuat sketsa sebagai bagian dari proses mereka dalam
mengembangkan konsep.
Masalah yang kedua,
merupakan perluasan dari masalah yang pertama. Karena banyak bangunan yang
dibuat tanpa menggunakan konsep, dan hampir semua kritikus dan banyak arsitek
menghindarkan menulis tentang ini, relatif mudahlah bagi seorang peracang yang
baru mulai untuk menjadi tidak berhasrat pada konsep-konsep dan tidak memahami
peranan yang mereka mainkan dalam perancangan bangunan.
Masalah ketiga, dapat
disederhanakan sebagai masalah mengidentifikasi hirarki-hirarki yang tepat.
Arsitek harus sanggup membuat penilaian yang membedakan. Pemahaman akan
hubungan-hubungan antara gagasan, wawasan, dan konsep dapat membantu memecahkan
ketiga masalah tersebut.
Gagasan adalah
pemikiran nyata yang spesifik yang kita miliki sebagai hasil pemahaman,
pengertian, atau pengamatan. Bangunan dan rancangan bangunan terdiri dari
banyak keputusan kecil, dan keahlian harus dikembangkan dalam menimbulkan
gagasan-gagasan dan konsep-konsep yang tanggap terhadap berbagai keragaman
persoalan yang muncul.
Wawasan adalah gagasan
yang dianggap tidak penting, namun selalu masih terdapat kemungkinan bahwa ada
suatu dasar kebenaran yang penting yang tersembunyi bahkan dalam setiap ucapan
yang fasih. Dalam arsitektur, suatu konsep yang tepat untuk suatu proyek
mungkin terus-menerus menolak artikulasi, dan mungkin perlu untuk menciptakan
wawasan sebagai suatu langkah dalam merumuskan suatu konsep yang tepak, baik
sebagai suatu teknik kunci dan siasat tekan harga jual rumah maupun sebagai
akibat mutlak dari kekurangan pengalaman dalam perancangan dan perumusan
konsep.
Konsep serupa dengan
gagasan, dalam arti keduanya merupakan pemikiran spesifik yang kita miliki
sebagai hasil dari suatu pemahaman. Dalam arsitektur, suatu konsep
mengidentifikasi bagaimana berbagai aspek persyaratan untuk suatu bangunan
dapat dipersatukan dalam suatu pemikiran spesifik yang langsung mempengaruhi
rancangan dan konfigurasinya.
Skenario konseptual
meluaskan pernyataan konsep, dapat digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana
semua gagasan dan persoalan penting yang dapat ditinggalkan dalam suatu
pernyataan konsep yang lebih singkat dapat dipersatukan dalam satu pernyataan
cerita yang panjang. Sekalipun bagian-bagian tiap skenario mungkin telah jelas
ditetapkan dari sejak awal, skenario menggunakan pengertian-pengertian yang
diperoleh selama proses perancangan untuk mempertalikannya bersama.
HIRARKI KONSEP
Suatu pemahaman
tenatang hubungan hirarkis antara wawasan, gagasan, konsep, dan skenario
konseptual menjadi landasan untuk mengembangkan suatu proses guna melahirkan
konsep-konsep yang tepat untuk bangunan.
Dalam tahap-tahap awal
suatu proyek, gagasan mempunyai kesempatan yang baik untuk dapat dipahami,
terutama bila pikiran terbuka bagi pemikiran pembaharuan, tidak biasa, dan
imajinatif, yang mungkin membantu memecahkan perancangan yang unik atau sulit
dan persyaratan yang bersifat perencanaan. Sehingga kemiripan, kemungkinan
interaksi, dan pengelompokan gagasan menjadi nyata. Pengamatan-pengamatan ini
menciptakan dasar yang memberikan argumen terus-menerus untuk melakukan segala
sesuatu.
LIMA JENIS KONSEP
1. Analogi (memperhatikan hal-hal lain)
Analogi adalah
sarana yang paling sering digunakan untuk merumuskan konsep. Analogi
mengidentifikasi hubungan harafiah yang mungkin di antara benda-benda. Sebuah
benda diidentifikasi dan mempunyai semua sifat khas yang diinginkan, dan dengan
demikian ia menjadi model untuk proyek yang ada.
2. Metafora (memperhatikan abtraksi-abtraksi)
Metafora,
mengidentifikasi hubungan di antara benda-benda. Tetapi hubungan-hubungan ini
lebih bersifat abstark dibanding nyata. Perumpamaan adalah metafora yang
menggunakan kata-kata “seperti” atau “bagaikan” untuk mengungkapan suatu
hubungan. Metafora dan perumpamaan mengidentifikasi pola hubungan sejajar
sedangkan analogi mengidentifikasi hubungan harafiah yang mungkin.
3. Hakikat (memperhatikan di luar kebutuhan-kebutuhan program)
Hakikat
menyaring dan memusatkan aspek-aspek persoalan yang lebih rumit menjadi
keterangan-keterangan gamblang yang ringkas. Hakikat mengandung
pengertian-pengertian ke dalam aspek yang paling penting dan intrinsik dari
benda yang dianalisis. Suatu pernyataan tentang hakikat sesuatu juga dapat
merupakan hasil penemuan dan identifikasi akar-akar suatu pokok persoalan.
4. Konsep programatik (memperhatikan syarat-syarat yang dinyatakan)
Tidak semua
konsep menangkap hakikat suatu proyek, tidak pula semua konsep melambangkan
fungsi semua kegiatan dalam suatu bangunan. Konsep dapat dikembangkan sekitar
persoalan-persoalan yang lebih pragmatis yang sering dengan gamblang
diidentifikasi dalam program bangunan.
5. Cita-cita (memperhatikan nilai-nilai umum)
Bila arsitek
tidak memiliki cita-cita untuk acuan dan menggunakannya dalam konseptualisasi
dan mengembangkan rancangan-rancangan mereka, tugas mereka akan lebih sulit.
Wawasan, gagasan,
konsep, dan skenario merupakan suatu rangkaian kesatuan kontinum yang dapat
menjadi dasar penting bagi arsitektur. Pencaharian akan konsep yang tepat dan
penerapannya dapat membantu menciptakan arsitektur yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar