Sebaik baik rencana adalah hanya atas ridho allah subhanawa'ala..
setiap manusia harus ikhlas menerima takdir / kehendak allah. Mungkin bagimu rencanamu adalah indah, baik bagimu untuk selamanya, namun baik bagimu belum tentu baik dimata allah. Allah maha mengetahui , sedangkan kamu hanya bisa berencana dan hanya mengetahui kedaan yg sedang kamu jalani sekarang. Masa depan hanya ada di rencanamu.
"baik bagimu belum tentu baik bagi allah, buruk bagimu belum tentu buruk bagi allah"
percayalah dan bersabarlah, setiap usaha dan perjuangan yang kamu lakukan tetap hanya karena allah, rencanamu mungkin tidak sesuai dengan yang diharapkan..
namun bersabarlah,, allah sedang allah sedang merindukan rintihan do'amu..
allah merindukan kamu yang slalu ingat pada-Nya.
"Fashbir Shobron Jamiila"
percayalah.. di setiap kesabaran yang kamu jalani allah pasti akan membalas lebih dari apa yang kamu butuhkan..
jangan pernah merasa setiap cobaan dan harapan yang kau rencanakan tidak d kabulkan allah adalah bentuk rasa allah jauh darimu,, malah sebaliknya,, dsetiap cobaan yang allah beri.. berarti allah ingin engkau kembali lagi untuk mengingatnya terus, kembali lagi bermohon dan merayunya..
tidak ada kata terlambat jika ingin memulai,, namun jangan bertahan ketika itu tidak dilandasi karena allah..
allah... kutahu ini cobaanmu,,, kutahu ini bukti cintamu terhadapku..
allah.. cobaan ini pasti ada hikmahnya.. rahasia dibalik cobaan yang kau beri,, ku yakin engkau akan memberikan yang terbaik biat dunia dan akhiratku..
"Subhanallah Walhamdulillah Walailahaillallah AllahuAkbar"
Allahulmusta'aan...
(miahuamira21 > agustus 2015,, 11 : 40 ,, Pekanbaru)
Rabu, 05 Agustus 2015
Sepucuk Surat Untukmu
Ini tentang keinginanku.
Untuk calon imamku
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh..
Sepenggal rindu yang selalu hadir, yang hanya bisa ku ungkapkan pada Nya. Tentang berjuta harapan dan beribu keinginan. Aku ingin
menjadi manusia yang Allah
cinta, tapi
ketika ku melirik diriku, sungguh aku merasa malu, aku mengaku cinta
padaNya
namun panggilaNya terkadang masih ku nomorduakan, masih ku telatkan, aku
mengaku
cinta rindu pada Nya dan RosulNya namun aku masih sering meninggalkan
kewajiban
dan sunahnya, yang padahal Allah memberikan kemampuan untukku
melakukannya, berapa puluh kali aku bersholawat untuknya, kekasih Allah
Muhamad Rosulullah,
berapa puluh kali aku berdzikir mengingat Nya dalam sehari, rasanya
masih terlalu jarang. Allah
ampuni aku.
Dan sekarang aku merasa rindu, rindu padamu. Tak
jarang benda yang melingkar di jari manisku ini, ku pandang, dan ku dekap, saat
rasa rindu itu mulai merasuk. Aku tau kita masih terpisah. Calon imamku, perlu
kau tau ada berjuta harapan ku untuk kedepannya, ada beribu keinginan yang
ingin kulakukan bersamamu. Aku ingin menjadi adek yang baik dan memberikan
contoh yang baik untuk ketiga kakakku, aku ingin menjadi putri yang baik dan
membanggakan untuk kedua orang tuaku, dan kelak aku ingin menjadi istri yang
baik untuk mu, ada saat kau butuhkan, mengurus dirimu dan rumahmu, memanjakan
lidahmu dengan masakan-masakan yang kau suka, menjadikan kau raja dihatiku,
menjadi penyemangat, pendengar dan
pelipurlaramu. Aku ingin menjadi manusia yang membuat mu tersenyum kala kau
letih, aku ingin melahirkan anak-anakmu yang kelak akan menjadi
mujahid-mujahidah yang memperjuangkan agama Allah, Insyaallah. Calon imamku, aku
ingin menjadi satu-satunya bidadari dunia akhiratmu. Seperti yang sering kau
bilang padaku. Kita sama-sama belajar, dan perlu kau tau, begitu banyak kurangku
jika engkau mau melihatnya, aku hanya wanita biasa yang juga punya masalalu,
aku juga wanita biasa yang punya berjuta kesalahan. Aku ingin kau bisa
menerimaku apa adanya. Calon imamku, apakah kau juaga menyebut namaku di dalam
doamu, sepertiku menyebut dan mengadukan mu pada Nya. Aku rindu, dan rinduku
akan berbuah manis pada waktunya.
Calon imamku, kau tau seperti apa
aku, seperti yang ku bilang padamu aku hanya wanita biasa yang banyak
kekurangan. Bahkan terlalu banyak. Perkenalkanlah aku pada ibu dan bapakmu,
karna aku memang rada kaku, walau saat pertama ku melihat ibu, entah kenapa aku
tak merasa canggung, seperti sudah lama mengenalnya, tapi tetap aku masih
sedikit malu untuk sekedar berbincag-bincang, perkenalkan padaku seperti apa
orang tuamu, agar aku bisa lebih memahai kesukaan-kesukaan mereka, dan agar aku
bisa lebih mengerti tenatang merka. Karna aku ingin menjadi menantu yang baik
untuk mereka, beri aku banyak nasihat bagaiman cara untuk dekat dengan mereka,
karna kelak mereka akan menjadi orang yang penting sepenting orangtuaku yang
telah membesarkanku.
Rasanya ingin banyak lagi aku
bercerita padamu. Namun kurang tepat jika kuceritakan sekarang. Rindu ini aku
simpan dan akan berbuah manis pada waktunya. Insyaallah. Jaga cintamu untukku
jauh disana, semoga engkau selalu berada pada lindungan Allah. Aamiin ya
robalamin.
Wasalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh...
Minggu, 26 Januari 2014
KETIKA SALMAN AL-FARISI DITOLAK LAMARANNYA
Islamedia -
Salman al Farisi adalah salah seorang sahabat Nabi saw yang berasal dari
Persia. Salman sengaja meningga...lkan kampung halamannya untuk mencari
cahaya kebenaran. Kegigihannya berbuah hidayah Allah dan pertemuan
dengan Nabi Muhammad saw di kota Madinah. Beliau terkenal dengan
kecerdikannya dalam mengusulkan penggalian parit di sekeliling kota
Madinah ketika kaum kafir Quraisy Mekah bersama pasukan sekutunya datang
menyerbu dalam perang Khandaq.
Berikut ini adalah sebuah kisah yang sangat menyentuh hati dari seorang Salman Al Farisi: tentang pemahamannya atas hakikat cinta kepada perempuan dan kebesaran hati dalam persahabatan.
Salman Al Farisi sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mu’minah lagi shalihah juga telah mengambil tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai pacar. Tetapi sebagai sebuah pilihan untuk menambatkan cinta dan membangun rumah tangga dalam ikatan suci.
Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah berbicara untuknya dalam khithbah, pelamaran.
Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada shahabat Anshar yang telah dipersaudarakan dengannya, Abu Darda’.
”Subhanallaah. . wal hamdulillaah. .”, girang Abu Darda’ mendengarnya. Keduanya tersenyum bahagia dan berpelukan. Maka setelah persiapan dirasa cukup, beriringanlah kedua shahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru tengah kota Madinah. Rumah dari seorang wanita yang shalihah lagi bertaqwa.
”Saya adalah Abu Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.”, fasih Abu Darda’ berbicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni.
”Adalah kehormatan bagi kami”, ucap tuan rumah, ”menerima Anda berdua, shahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang shahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami.”
Abu Darda dan Salman menunggu dengan berdebar-debar. Hingga sang ibu muncul kembali setelah berbincang-bincang dengan puterinya.
”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili puterinya. ”Tetapi karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abu Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.”
Keterusterangan yang di luar kiraan kedua sahabat tersebut. Mengejutkan bahwa sang puteri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya. Bayangkan sebuah perasaan campur aduk dimana cinta dan persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesadaran. Ya, bagaimanapun Salman memang belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya.
Namun mari kita simak apa reaksi Salman, sahabat yang mulia ini:
”Allahu Akbar!”, seru Salman, ”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abu Darda’, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!”
Betapa indahnya kebesaran hati Salman Al Farisi. Ia begitu faham bahwa cinta, betapapun besarnya, kepada seorang wanita tidaklah serta merta memberinya hak untuk memiliki. Sebelum lamaran diterima, sebelum ijab qabul diikrarkan, tidaklah cinta menghalalkan hubungan dua insan. Ia juga sangat faham akan arti persahabatan sejati. Apalagi Abu Darda’ telah dipersaudarakan oleh Rasulullaah saw dengannya. Bukanlah seorang saudara jika ia tidak turut bergembira atas kebahagiaan saudaranya. Bukanlah saudara jika ia merasa dengki atas kebahagiaan dan nikmat atas saudaranya.
“Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” [HR Bukhari]
Berikut ini adalah sebuah kisah yang sangat menyentuh hati dari seorang Salman Al Farisi: tentang pemahamannya atas hakikat cinta kepada perempuan dan kebesaran hati dalam persahabatan.
Salman Al Farisi sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mu’minah lagi shalihah juga telah mengambil tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai pacar. Tetapi sebagai sebuah pilihan untuk menambatkan cinta dan membangun rumah tangga dalam ikatan suci.
Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah berbicara untuknya dalam khithbah, pelamaran.
Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada shahabat Anshar yang telah dipersaudarakan dengannya, Abu Darda’.
”Subhanallaah. . wal hamdulillaah. .”, girang Abu Darda’ mendengarnya. Keduanya tersenyum bahagia dan berpelukan. Maka setelah persiapan dirasa cukup, beriringanlah kedua shahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru tengah kota Madinah. Rumah dari seorang wanita yang shalihah lagi bertaqwa.
”Saya adalah Abu Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.”, fasih Abu Darda’ berbicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni.
”Adalah kehormatan bagi kami”, ucap tuan rumah, ”menerima Anda berdua, shahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang shahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami.”
Abu Darda dan Salman menunggu dengan berdebar-debar. Hingga sang ibu muncul kembali setelah berbincang-bincang dengan puterinya.
”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili puterinya. ”Tetapi karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abu Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.”
Keterusterangan yang di luar kiraan kedua sahabat tersebut. Mengejutkan bahwa sang puteri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya. Bayangkan sebuah perasaan campur aduk dimana cinta dan persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesadaran. Ya, bagaimanapun Salman memang belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya.
Namun mari kita simak apa reaksi Salman, sahabat yang mulia ini:
”Allahu Akbar!”, seru Salman, ”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abu Darda’, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!”
Betapa indahnya kebesaran hati Salman Al Farisi. Ia begitu faham bahwa cinta, betapapun besarnya, kepada seorang wanita tidaklah serta merta memberinya hak untuk memiliki. Sebelum lamaran diterima, sebelum ijab qabul diikrarkan, tidaklah cinta menghalalkan hubungan dua insan. Ia juga sangat faham akan arti persahabatan sejati. Apalagi Abu Darda’ telah dipersaudarakan oleh Rasulullaah saw dengannya. Bukanlah seorang saudara jika ia tidak turut bergembira atas kebahagiaan saudaranya. Bukanlah saudara jika ia merasa dengki atas kebahagiaan dan nikmat atas saudaranya.
“Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” [HR Bukhari]
Sabtu, 25 Januari 2014
disini menanti disana setia
Wahai Imam ku di masa depan, aku tidak tahu bagaimana wajahmu, bagaimana cara-Nya mempertemukan kita.
Wahai Imam ku di masa depan, aku tidak tahu dimana skenario indah-Nya mempertemukan aku denganmu.
Tapi, yang aku tahu.. kau adalah cerminan diriku.. Sebab Allah sudah berjanji, dan janji-Nya selalu benar, selalu tepat.
Sebab Allah sudah berjanji, dan janji-Nya selalu benar, selalu tepat. Janji Allah sebagaimana di dalam Al-Qur'an QS. An-Nuur ayat 26.
Imam Masa Depan ku, Tolong jaga hati mu disana, jaga hatimu dari perbuatan maksiat. perbuatan yg tidak disukai oleh Tuhan kita, Allah SWT
Aku pun disini akan melakukan hal yang sama, menjaga hati.. agar terhindar dari perbuatan-perbuatan yang Allah tidak sukai..
Imam Masa Depan ku... Tugas ku skrg menanti mu dalam ketaatan.. memantaskan diri dengan sebaik-baiknya pemantasan di hadapan Ilahi Rabbi.
Aku ingin menjadi pendampingmu yang setia, yang selalu menyayangimu, selalu memberimu support
Aku ingin menjadi yang selalu menjadi penghibur mu dikala kau dilanda kesedihan.
Aku ingin mnjd penerangmu, dikala otakmu mengalami kejenuhan dan kebuntuan akibat pekerjaanmu di kantor nanti#TulisanUntukCalonImamku
Aku ingin memberi mu pelukan dikala kau dilanda masalah yang membuatmu galau, membuatmu gundah.#TulisanUntukCalonImamku
Aku ingin menjadi istri yang shalihah untuk mu. Aku ingin menjadi ibu yang baik untuk anak-anak kita nanti..#TulisanUntukCalonImamku
Imam Masa Depan ku.. Saat kita sudah berumah tangga nanti, jadilah suami yang baik untuk diriku. Suami yang selalu membimbingku.
Imam Masa Depan ku.. Saat kita sudah berumah tangga nanti, jadilah suami yang selalu membimbingku dikala aku salah dan penuh kekhilafan
Imam Masa Depan ku.. Saat kita sudah berumah tangga nanti, Jadilah suami yang membuatku semakin jatuh cinta kepada Tuhan kita, Allah SWT
Aku percaya kau adalah lelaki yg berakhlak baik. Karena yg akan jadi pendamping hidupku nanti haruslah lelaki yg mempunyai akhlak baik.
Karena tugasmu nanti akan membimbing diriku, membimbing anak-anak kita nanti. Menuju tempat idaman semua makhluk, yaitu surga..
Imam Masa Depan ku, Kau berjanji dihadapan orangtua ku terutama di hadapan Allah SWT saat kau ucapkan ijab qabul di hari pernikahan kita
Kau berjanji akan menjadi pendampingku yang setia, yang akan selalu membimbingku, dan menjadi pendampingku yang baik.
Tolong jangan sia-siakan kepercayaan orangtua ku.. Apalagi ayah ku.. Ayah ku pastilah tidak akan rela ada pria yang menyakiti putrinya.
Kalau boleh jujur, pada saat akad nikah pasti hati ayah ku yg akan menangis. Tetapi ayah ku dengan tegar nya menyembunyikan kesedihannya
Kenapa ayah ku menangis? karena putri kecil nya kini sudah dewasa, sudah ada pria lain selain dirinya yang ia cintai.
Dan sebentar lagi pria tersebut akan menjadi suami nya. Ayah ku sedih karena sebentar lagi putri nya akan meninggalkan dirinya.
Tapi karena ayah ku yakin bahwa putri nya mendapat pendamping yang bisa menyayangi putri nya dengan sepenuh hati maka ayah ku pun rela
Ayah ku pun rela dan turut berbahagia dikala putri nya tersebut dinikahkan dengan lelaki terbaik.
Imam Masa Depan ku, Semoga wkt pertemuan kita yang sdh Allah rancang dgn rapi nanti, akan menjadi pertemuan yang penuh dengan cinta-Nya,
Akan menjadi pertemuan yang penuh dengan cinta-Nya, penuh dengan ridho-Nya, penuh dengan rahmat-Nya.
Biarlah sekarang aku pendam rasa yang belum semestinya ada. Karena aku akan memberikan rasa cinta ku ini Spesial untuk mu.
aku akan memberikan rasa cinta ku ini Spesial untuk mu nanti pada waktu kita mengarungi episode2 kehidupan di rumah tangga kita nanti
Kamu sabar yah tunggu aku, jaga diri dan jaga hati kamu disana baik-baik. Aku pun disini akan melakukan hal yang sama..
sumber (NiceMuslimah)
repost #UmmuMishary
Wahai Imam ku di masa depan, aku tidak tahu dimana skenario indah-Nya mempertemukan aku denganmu.
Tapi, yang aku tahu.. kau adalah cerminan diriku.. Sebab Allah sudah berjanji, dan janji-Nya selalu benar, selalu tepat.
Sebab Allah sudah berjanji, dan janji-Nya selalu benar, selalu tepat. Janji Allah sebagaimana di dalam Al-Qur'an QS. An-Nuur ayat 26.
Imam Masa Depan ku, Tolong jaga hati mu disana, jaga hatimu dari perbuatan maksiat. perbuatan yg tidak disukai oleh Tuhan kita, Allah SWT
Aku pun disini akan melakukan hal yang sama, menjaga hati.. agar terhindar dari perbuatan-perbuatan yang Allah tidak sukai..
Imam Masa Depan ku... Tugas ku skrg menanti mu dalam ketaatan.. memantaskan diri dengan sebaik-baiknya pemantasan di hadapan Ilahi Rabbi.
Aku ingin menjadi pendampingmu yang setia, yang selalu menyayangimu, selalu memberimu support
Aku ingin menjadi yang selalu menjadi penghibur mu dikala kau dilanda kesedihan.
Aku ingin mnjd penerangmu, dikala otakmu mengalami kejenuhan dan kebuntuan akibat pekerjaanmu di kantor nanti
Aku ingin memberi mu pelukan dikala kau dilanda masalah yang membuatmu galau, membuatmu gundah.
Aku ingin menjadi istri yang shalihah untuk mu. Aku ingin menjadi ibu yang baik untuk anak-anak kita nanti..
Imam Masa Depan ku.. Saat kita sudah berumah tangga nanti, jadilah suami yang baik untuk diriku. Suami yang selalu membimbingku.
Imam Masa Depan ku.. Saat kita sudah berumah tangga nanti, jadilah suami yang selalu membimbingku dikala aku salah dan penuh kekhilafan
Imam Masa Depan ku.. Saat kita sudah berumah tangga nanti, Jadilah suami yang membuatku semakin jatuh cinta kepada Tuhan kita, Allah SWT
Aku percaya kau adalah lelaki yg berakhlak baik. Karena yg akan jadi pendamping hidupku nanti haruslah lelaki yg mempunyai akhlak baik.
Karena tugasmu nanti akan membimbing diriku, membimbing anak-anak kita nanti. Menuju tempat idaman semua makhluk, yaitu surga..
Imam Masa Depan ku, Kau berjanji dihadapan orangtua ku terutama di hadapan Allah SWT saat kau ucapkan ijab qabul di hari pernikahan kita
Kau berjanji akan menjadi pendampingku yang setia, yang akan selalu membimbingku, dan menjadi pendampingku yang baik.
Tolong jangan sia-siakan kepercayaan orangtua ku.. Apalagi ayah ku.. Ayah ku pastilah tidak akan rela ada pria yang menyakiti putrinya.
Kalau boleh jujur, pada saat akad nikah pasti hati ayah ku yg akan menangis. Tetapi ayah ku dengan tegar nya menyembunyikan kesedihannya
Kenapa ayah ku menangis? karena putri kecil nya kini sudah dewasa, sudah ada pria lain selain dirinya yang ia cintai.
Dan sebentar lagi pria tersebut akan menjadi suami nya. Ayah ku sedih karena sebentar lagi putri nya akan meninggalkan dirinya.
Tapi karena ayah ku yakin bahwa putri nya mendapat pendamping yang bisa menyayangi putri nya dengan sepenuh hati maka ayah ku pun rela
Ayah ku pun rela dan turut berbahagia dikala putri nya tersebut dinikahkan dengan lelaki terbaik.
Imam Masa Depan ku, Semoga wkt pertemuan kita yang sdh Allah rancang dgn rapi nanti, akan menjadi pertemuan yang penuh dengan cinta-Nya,
Akan menjadi pertemuan yang penuh dengan cinta-Nya, penuh dengan ridho-Nya, penuh dengan rahmat-Nya.
Biarlah sekarang aku pendam rasa yang belum semestinya ada. Karena aku akan memberikan rasa cinta ku ini Spesial untuk mu.
aku akan memberikan rasa cinta ku ini Spesial untuk mu nanti pada waktu kita mengarungi episode2 kehidupan di rumah tangga kita nanti
Kamu sabar yah tunggu aku, jaga diri dan jaga hati kamu disana baik-baik. Aku pun disini akan melakukan hal yang sama..
sumber (NiceMuslimah)
repost #UmmuMishary
Ketika Mawar Itu Layu
Sekuntum mawar darimu telah layu
Seperti kisah kita yang tlah berlaluSirna oleh badai membiru
Hingga tak ada lagi kata untuk saling merindu
Kemana rindu kan berlabuh
Jika kau tak lagi teduh
Ku hanya kuntum bunga tumbuhan perdu
Yang kadang hanya kau tatap sebelah mata lalu berlalu bisu
Teriakku yang mengharu
Berharap mampu mengetuk hatimu
Tapi tak jua kau hirau isakku
Meratap pilu perih oleh picik lakumu
Hey dikau pujangga
Tolong bisikkan pada dewa cinta
Sekuntum bunga ini telah layu lara
Menunggu datang sang pengembara
Tuk mengisi hati yang hampa
Jangan biarkan penantian ini sia-sia
Hingga lupa akan tawa dan canda
Untukmu sang pujangga
Sayangilah kuntum bunga yang ikhlas mencintaimu
Cintailah sarinya yang selalu terlindungi duri setia
Sebab dialah yang kelak mewangikan jalan hidupmu...
#UmmuMishary
Ummu Mishary Fatih Rasyid
Ada
yg bertnya sbenarnya Ummu Mishary tu siapa?? kok dtwitter , n sosmed yg lain selalu ummu mishary?? sini niih saya jelasin yaa
:"D
Ummu Mishary itu nama pena saya.. bukan comot sana sini loh.. :)
Kenapa saya memakai nama "Ummu" ?? yg artinya ibu?? karena saya calon ibu.. :D
wlaupun ummu itu artinya ibu, tpi saya blum ibu2 kok.. masi calon,, dan bukan jga istri org.. pe masi calon jgaa.. heheh
Tapi Ummu Mishary itu masih calon ibu-ibu..
Dan kelak akan berstatus istri orang :'D
hmmp knapa saya memilih nma itu?? *MariSimak
Pertama, karena saya suka dengan nama Mishary..
Dan tentu juga karena memiliki arti nama yang sangat bagus..
Mishary Rasyid : terinspirasi dri syeikh Mishary Rasyid yg mmpunyai suara merdu ktika bca qur'an..
Fatih : terinspirasi dri Muhammad Al Fatih yg mmerdekakan islam d konstatinopel..
Kedua, karena saya ingin memakai nama “Kun-yah”..
Kun-yah.. Apa itu kun-yah ??
Mungkin tmand2 smua mrasa asing dg istilah kun-yah.. n arti kun-yah apaan yaa?? #KepoDeh :D
Kun-yah merupakan salah satu “Adabun Islaamiyyun” (adab dalam Islam)
dari sekian banyak adab yang disunnahkan Rasulullah Shalallahu`alaihi
wasallam untuk kita hidupkan..
Tetapi sunnah ini mulai banyak di tinggalkan di kehidupan sekarang ini..
Kun-yah adalah nama yang dimulai dengan kata “abu” (bapak) bila yang
diberi kunyah itu laki-laki dan dimulai dengan “ummu” (ibu) bila yang
diberi kunyah itu perempuan..
Namun sayangnya, sunnah ini termasuk yang jarang diketahui dan diamalkan oleh umat islam pada umumnya..
looh.. pe kkak kn blum nikah, blum pnya suami, bluum pnya anak jgaa.. | truuus Masbulloh ?? :D candaa eeuii..
Banyak hadist yang menunjukkan disyari’atkannya kun-yah bagi anak kecil dan orang dewasa sekalipun belum mempunyai anak..
Maka merupakan kebiasaan salaf dari kalangan sahabat adalah berkun-yah sekalipun belum dikaruniai anak..
Dari Anas bin Malik,
“Rasulullah sering menemui kami. Aku punya adik yang berkunyah Abu
‘Umair. Dia punya seekor burung yang sering dipakai untuk bermain. Suatu
hari Nabi datang setelah burung tersebut mati. Beliau melihat Abu
‘Umair bermuram muka. Nabi lantas bertanya kepada kami ‘ada apa
dengannya?’, ‘burungnya mati,’ sahut kami. Nabi lalu bersabda ‘Hai Abu
‘Umair apa yang telah dilakukan oleh burungmu?’” (HR. Bukhori, Muslim,
Abu Dawud dan Tirmidzi, Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 7830)
Dalam Tuhfatul Aba’ dinyatakan,
“Hadits di atas menunjukkan bahwa anak kecil boleh punya kunyah. Anak
kecil yang suka bermain dengan burung dalam Hadits di atas berkunyah Abu
‘Umair, bahkan Nabi pun memanggilnya dengan kunyah tersebut. Ini
termasuk adab arab yang bagus. Kunyah untuk anak kecil itu berfungsi
mengangkat dirinya, meningkatkan kecerdasannya dan menyebabkan dia
merasa dihargai.” (Tuhfatul Aba’ Bima Warada fi Tarbi Yatul Aulad).
Jadi Hadits di atas menunjukkan bahwa anak kecil boleh diberi kun-yah..
Sekalian nih saya sertakan adab-adab yang berkenaan dengan nama kun-yah, yaitu:
1. Abu (bagi laki-laki) atau Ummu (bagi perempuan)..
2. Orang yang belum atau tidak punya anak boleh berkun-yah. Oleh karena
itu anak kecil yang jelas belum menikah diperbolehkan untuk
berkun-yah..
3. Tidak boleh berkun-yah dengan nama Allah semisal Abul A’la (Al-Maududi)
4. Tidak boleh berkun-yah ‘Abul Qosim’ berdasarkan Hadits Rasulullah
shollahu’alaihiwasallam, “Hendaklah kalian bernama dengan nama-namaku
tetapi jangan berkunyah dengan kunyahku (Abul Qosim).” (HR. Bukhori no.
3537 dll).
Nah, jadi itu lah alasan saya mengapa memakai nama pena dan nama kun-yah UMMU MISHARY..
Banyak kok di antara kita baik yang akhwat maupun ikhwan yang belum menikah memakai nama kun-yah..
Kan memakai nama kun-yah merupakan salah satu sunnah Nabi :')
nma Kun - yah ini jgaa saya sndirii yg mencri.. bukn krna ad ikhwan sana sini..
Keep Husnudzon Yaa :))
#UMMU_MISHARY_FATIH_RASYID
Kamis, 03 Oktober 2013
Aku bangga menjadi Muslimah
.Aku bangga menjadi Muslimah
Disaat yang lain bangga menjadi wanita Modern.
Aku bangga Jilbabku menjuntai kedada
Disaat yang lain bangga mengikuti Mode,
…
Aku bangga menjadi pengurus kerohanian islam Disaat yg lain lena,
Aku tak peduli dgn anggapan sok suci
Krna aku tahu apa yg lakukan,
Awalnya aku tidak percaya diri….
Dengan pakaian muslimah yang tertutup rapi….
Teman ~ teman berkata aku tdk trendy…..
Tapi Abi berkata aku cantik begitupun Ummi…..
Wahai Kawan yg bermimpi sanjungan……
Cantik buKanlah buka ~ bukaan….
Cantik bukan selalu berdandan….
Dan Cantik bukan berarti seorg pujaan….
Kuulurkanan jilbabku hingga terasa damai dihatiku…
kulonggarkan pakaianku sehingga tertutup bentuk tubuhku…
kulakukan itu semua demi cintaku pada Rabbi-ku..
Dan kuberbisik dalam hatiku, semoga engkau bahagia melihatku..
Andai semua orang memahami…
Cantik lahir bukanlah Ukuran…..
Tapi Cantik hati sebagai muslimah dan memikat semua Orang….
Dan terutama budi pekerti seperti yg Rasul Contohkan…..
maKa Saudariku Peliharalah AURAT……..
Tdk akan tertutup dgn berperangai yg BAIK,
tdk akan tertutup dgn sifat LEMAH LEMBUT,
tdk akan tertutup dgn kata ~ kata yg BAIK,
tetapi hanya akan tertutup dengan PAKAIAN yg SEMPURNA,
~ Mudah – Mudahan AKHLAK dibalik pakaian tadi lebih INDAH dari pada
pakaiannya…Aamiin… —
Disaat yang lain bangga menjadi wanita Modern.
Aku bangga Jilbabku menjuntai kedada
Disaat yang lain bangga mengikuti Mode,
…
Aku bangga menjadi pengurus kerohanian islam Disaat yg lain lena,
Aku tak peduli dgn anggapan sok suci
Krna aku tahu apa yg lakukan,
Awalnya aku tidak percaya diri….
Dengan pakaian muslimah yang tertutup rapi….
Teman ~ teman berkata aku tdk trendy…..
Tapi Abi berkata aku cantik begitupun Ummi…..
Wahai Kawan yg bermimpi sanjungan……
Cantik buKanlah buka ~ bukaan….
Cantik bukan selalu berdandan….
Dan Cantik bukan berarti seorg pujaan….
Kuulurkanan jilbabku hingga terasa damai dihatiku…
kulonggarkan pakaianku sehingga tertutup bentuk tubuhku…
kulakukan itu semua demi cintaku pada Rabbi-ku..
Dan kuberbisik dalam hatiku, semoga engkau bahagia melihatku..
Andai semua orang memahami…
Cantik lahir bukanlah Ukuran…..
Tapi Cantik hati sebagai muslimah dan memikat semua Orang….
Dan terutama budi pekerti seperti yg Rasul Contohkan…..
maKa Saudariku Peliharalah AURAT……..
Tdk akan tertutup dgn berperangai yg BAIK,
tdk akan tertutup dgn sifat LEMAH LEMBUT,
tdk akan tertutup dgn kata ~ kata yg BAIK,
tetapi hanya akan tertutup dengan PAKAIAN yg SEMPURNA,
~ Mudah – Mudahan AKHLAK dibalik pakaian tadi lebih INDAH dari pada
pakaiannya…Aamiin… —
Rabu, 02 Oktober 2013
~~ DILEMA WANITA BERMANHAJ SALAF ~~
Wanita yang bermanhaj salaf adalah wanita yang sudah mengerti cara
beragama yang benar, mengerti makna dan berjalan di atas tauhid yang
benar, menjauhi bid’ah, menjaga aurat dengan jilbab yang syar’i, berilmu dan yang terpenting mereka berpegang dan taat kepada alqur’an dan sunnah dengan pemahaman para sahabat Radhiallohu anhum.
Intinya wanita yang bermanhaj salaf di zaman ini bak mutiara di dasar lautan yang sukar sekali menemukannya, jika ada pun telah menjadi milik orang lain.
Lelaki yang bermanhaj salaf juga sama seperti wanita yang bermanhaj salaf, bahkan mayoritas mereka lebih berilmu dari pada wanitanya. Dan tentu mereka menginginkan mutiara mutiara itu untuk di jadikan pendamping hidup mereka, untuk menjadi madrasah bagi anak-anaknya, untuk tempat dia berbagi ilmu dan menggapai syurga Allah pada jalan yang benar.
Dan begitu juga wanita yang bermanhaj salaf, tentunya mendambakan lakai-laki yang seaqidah dengan mereka, yang mengerti kenapa mereka melakukan ini dan itu, yang mengajak mereka ke jalan yang lurus, yang membimbing mereka dengan ilmu dan yang terpenting adalah mengajak mereka bertauhid dengan benar dan menjauhi bid’ah.
Dan ini tidaklah salah, karena mereka paham betul dengan firman Allah:
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi pelindung (penolong) bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasulnya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah ; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Qs. At Taubah (9) : 71).
Dan juga firman Allah yang lain:
Wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula (begitu pula sebaliknya). Bagi mereka ampunan dan risqi yang melimpah (yaitu : Surga) (Qs. An Nuur (24) : 26).
Lalu kenapa ada dilema bagi wanita-wanita yang bertauhid ini?
Wanita-wanita di zaman Rasulullah dan para sahabat, apabila mereka menyukai lelaki yang sholih, maka mereka dengan mudah untuk mendapatkannya, karena orang2 tua mereka juga sholeh, paham atas agama ini. Bahkan orang tua mereka yang mencarikan mereka lelaki yang sholeh, tanpa melihat status, tanpa melihat materi, yang terpenting adalah ketaqwaan mereka, ilmu yang mereka miliki dan pengamalannya.
Namun di zaman ini, zaman yang penuh fitnah, zaman dimana orang jahil mayoritas dan orang yang berilmu menjadi minoritas, maka di sinilah letak dilemanya. Saat sang akhwat begitu mendambakan ikhwan yang bertauhid, bermanhaj yang haq, tapi mereka harus menahan keinginan- keinginan mereka itu karena terhalang oleh orang tua mereka yang jahil, orang tua mereka yang tidak lagi memandang ketaqwaan dan ilmu bagi anak-anaknya, tapi lebih condong kepada status social dan materi. Subhanalloh wa ni’mal wakil…
Ketika seorang akhwat di tanya : kenapa inginya menikah dengan lelaki yang bermanhaj salaf…?
Maka dia menjawab: ana ingin dia menjadi pembimbing dalam hidup ana nantinya, ana ingin berjalan pada manhaj yang sama, jika ana menikah dengan orang jahil, maka ana ingin ke taklim manhaj salaf, tapi dia ingin ke taklim yang penuh dengan gelak tawa, taklim yang ada musiknya. Jika ana katakana perayaan maulid nabi itu bid’ah, maka dia katakana itu sunnah, jika ana katakana isbal itu haram, dia katakan tidak apa-apa jika tidak sombong. Bagaimana rumah tangga bisa damai, jika selalu ada pertentangan di dalamnya.
Lalu haruskah ana mengorbankan hidup ana , agama ana, Demi kepentingan orang tua? Demi menuruti kemauan orang tua?
Bukankah orang tua yang menghalangi anaknya untuk mendapati kebaikan termasuk dalam bermaksiat kepada Allah?
Dan tidak ada ketaatan terhadap makhluk apabila untuk bermaksiat kepada Allah?
Tapi mereka adalah orang tua ana yang harus ana tetap berlaku ma’ruf (baik) kepada mereka, bila ana tidak ikuti keinginan mereka, mereka akan marah, mereka akan mengatakan bahwa ana adalah anak durhaka, mereka akan menangis, mereka akan tidak perduli lagi sama ana, bahkan mungkin mereka akan putuskan hubungan silaturrahim.
Bukankah Rasulullah bersabda:
Tidak akan masuk syurga orang memutuskan hubungan silaturrahim.( HR Bukhari ).
Inilah yang ana takutkan…!
Inilah zamannya…!!
Inilah dilemanya…!!!
Hanya air mata yang bisa ana curahkan, hanya Allah tempat ana mengadu, biarlah air mataku yang mengalir, asal jangan air mata ibuku...
www.facebook.com/pages/Menggapai-Ilmu-Menanti-Jodoh
Intinya wanita yang bermanhaj salaf di zaman ini bak mutiara di dasar lautan yang sukar sekali menemukannya, jika ada pun telah menjadi milik orang lain.
Lelaki yang bermanhaj salaf juga sama seperti wanita yang bermanhaj salaf, bahkan mayoritas mereka lebih berilmu dari pada wanitanya. Dan tentu mereka menginginkan mutiara mutiara itu untuk di jadikan pendamping hidup mereka, untuk menjadi madrasah bagi anak-anaknya, untuk tempat dia berbagi ilmu dan menggapai syurga Allah pada jalan yang benar.
Dan begitu juga wanita yang bermanhaj salaf, tentunya mendambakan lakai-laki yang seaqidah dengan mereka, yang mengerti kenapa mereka melakukan ini dan itu, yang mengajak mereka ke jalan yang lurus, yang membimbing mereka dengan ilmu dan yang terpenting adalah mengajak mereka bertauhid dengan benar dan menjauhi bid’ah.
Dan ini tidaklah salah, karena mereka paham betul dengan firman Allah:
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi pelindung (penolong) bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasulnya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah ; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Qs. At Taubah (9) : 71).
Dan juga firman Allah yang lain:
Wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula (begitu pula sebaliknya). Bagi mereka ampunan dan risqi yang melimpah (yaitu : Surga) (Qs. An Nuur (24) : 26).
Lalu kenapa ada dilema bagi wanita-wanita yang bertauhid ini?
Wanita-wanita di zaman Rasulullah dan para sahabat, apabila mereka menyukai lelaki yang sholih, maka mereka dengan mudah untuk mendapatkannya, karena orang2 tua mereka juga sholeh, paham atas agama ini. Bahkan orang tua mereka yang mencarikan mereka lelaki yang sholeh, tanpa melihat status, tanpa melihat materi, yang terpenting adalah ketaqwaan mereka, ilmu yang mereka miliki dan pengamalannya.
Namun di zaman ini, zaman yang penuh fitnah, zaman dimana orang jahil mayoritas dan orang yang berilmu menjadi minoritas, maka di sinilah letak dilemanya. Saat sang akhwat begitu mendambakan ikhwan yang bertauhid, bermanhaj yang haq, tapi mereka harus menahan keinginan- keinginan mereka itu karena terhalang oleh orang tua mereka yang jahil, orang tua mereka yang tidak lagi memandang ketaqwaan dan ilmu bagi anak-anaknya, tapi lebih condong kepada status social dan materi. Subhanalloh wa ni’mal wakil…
Ketika seorang akhwat di tanya : kenapa inginya menikah dengan lelaki yang bermanhaj salaf…?
Maka dia menjawab: ana ingin dia menjadi pembimbing dalam hidup ana nantinya, ana ingin berjalan pada manhaj yang sama, jika ana menikah dengan orang jahil, maka ana ingin ke taklim manhaj salaf, tapi dia ingin ke taklim yang penuh dengan gelak tawa, taklim yang ada musiknya. Jika ana katakana perayaan maulid nabi itu bid’ah, maka dia katakana itu sunnah, jika ana katakana isbal itu haram, dia katakan tidak apa-apa jika tidak sombong. Bagaimana rumah tangga bisa damai, jika selalu ada pertentangan di dalamnya.
Lalu haruskah ana mengorbankan hidup ana , agama ana, Demi kepentingan orang tua? Demi menuruti kemauan orang tua?
Bukankah orang tua yang menghalangi anaknya untuk mendapati kebaikan termasuk dalam bermaksiat kepada Allah?
Dan tidak ada ketaatan terhadap makhluk apabila untuk bermaksiat kepada Allah?
Tapi mereka adalah orang tua ana yang harus ana tetap berlaku ma’ruf (baik) kepada mereka, bila ana tidak ikuti keinginan mereka, mereka akan marah, mereka akan mengatakan bahwa ana adalah anak durhaka, mereka akan menangis, mereka akan tidak perduli lagi sama ana, bahkan mungkin mereka akan putuskan hubungan silaturrahim.
Bukankah Rasulullah bersabda:
Tidak akan masuk syurga orang memutuskan hubungan silaturrahim.( HR Bukhari ).
Inilah yang ana takutkan…!
Inilah zamannya…!!
Inilah dilemanya…!!!
Hanya air mata yang bisa ana curahkan, hanya Allah tempat ana mengadu, biarlah air mataku yang mengalir, asal jangan air mata ibuku...
www.facebook.com/pages/Menggapai-Ilmu-Menanti-Jodoh
Langganan:
Postingan (Atom)