.Aku bangga menjadi Muslimah
Disaat yang lain bangga menjadi wanita Modern.
Aku bangga Jilbabku menjuntai kedada
Disaat yang lain bangga mengikuti Mode,
…
Aku bangga menjadi pengurus kerohanian islam Disaat yg lain lena,
Aku tak peduli dgn anggapan sok suci
Krna aku tahu apa yg lakukan,
Awalnya aku tidak percaya diri….
Dengan pakaian muslimah yang tertutup rapi….
Teman ~ teman berkata aku tdk trendy…..
Tapi Abi berkata aku cantik begitupun Ummi…..
Wahai Kawan yg bermimpi sanjungan……
Cantik buKanlah buka ~ bukaan….
Cantik bukan selalu berdandan….
Dan Cantik bukan berarti seorg pujaan….
Kuulurkanan jilbabku hingga terasa damai dihatiku…
kulonggarkan pakaianku sehingga tertutup bentuk tubuhku…
kulakukan itu semua demi cintaku pada Rabbi-ku..
Dan kuberbisik dalam hatiku, semoga engkau bahagia melihatku..
Andai semua orang memahami…
Cantik lahir bukanlah Ukuran…..
Tapi Cantik hati sebagai muslimah dan memikat semua Orang….
Dan terutama budi pekerti seperti yg Rasul Contohkan…..
maKa Saudariku Peliharalah AURAT……..
Tdk akan tertutup dgn berperangai yg BAIK,
tdk akan tertutup dgn sifat LEMAH LEMBUT,
tdk akan tertutup dgn kata ~ kata yg BAIK,
tetapi hanya akan tertutup dengan PAKAIAN yg SEMPURNA,
~ Mudah – Mudahan AKHLAK dibalik pakaian tadi lebih INDAH dari pada
pakaiannya…Aamiin… —
Kamis, 03 Oktober 2013
Rabu, 02 Oktober 2013
~~ DILEMA WANITA BERMANHAJ SALAF ~~
Wanita yang bermanhaj salaf adalah wanita yang sudah mengerti cara
beragama yang benar, mengerti makna dan berjalan di atas tauhid yang
benar, menjauhi bid’ah, menjaga aurat dengan jilbab yang syar’i, berilmu dan yang terpenting mereka berpegang dan taat kepada alqur’an dan sunnah dengan pemahaman para sahabat Radhiallohu anhum.
Intinya wanita yang bermanhaj salaf di zaman ini bak mutiara di dasar lautan yang sukar sekali menemukannya, jika ada pun telah menjadi milik orang lain.
Lelaki yang bermanhaj salaf juga sama seperti wanita yang bermanhaj salaf, bahkan mayoritas mereka lebih berilmu dari pada wanitanya. Dan tentu mereka menginginkan mutiara mutiara itu untuk di jadikan pendamping hidup mereka, untuk menjadi madrasah bagi anak-anaknya, untuk tempat dia berbagi ilmu dan menggapai syurga Allah pada jalan yang benar.
Dan begitu juga wanita yang bermanhaj salaf, tentunya mendambakan lakai-laki yang seaqidah dengan mereka, yang mengerti kenapa mereka melakukan ini dan itu, yang mengajak mereka ke jalan yang lurus, yang membimbing mereka dengan ilmu dan yang terpenting adalah mengajak mereka bertauhid dengan benar dan menjauhi bid’ah.
Dan ini tidaklah salah, karena mereka paham betul dengan firman Allah:
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi pelindung (penolong) bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasulnya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah ; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Qs. At Taubah (9) : 71).
Dan juga firman Allah yang lain:
Wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula (begitu pula sebaliknya). Bagi mereka ampunan dan risqi yang melimpah (yaitu : Surga) (Qs. An Nuur (24) : 26).
Lalu kenapa ada dilema bagi wanita-wanita yang bertauhid ini?
Wanita-wanita di zaman Rasulullah dan para sahabat, apabila mereka menyukai lelaki yang sholih, maka mereka dengan mudah untuk mendapatkannya, karena orang2 tua mereka juga sholeh, paham atas agama ini. Bahkan orang tua mereka yang mencarikan mereka lelaki yang sholeh, tanpa melihat status, tanpa melihat materi, yang terpenting adalah ketaqwaan mereka, ilmu yang mereka miliki dan pengamalannya.
Namun di zaman ini, zaman yang penuh fitnah, zaman dimana orang jahil mayoritas dan orang yang berilmu menjadi minoritas, maka di sinilah letak dilemanya. Saat sang akhwat begitu mendambakan ikhwan yang bertauhid, bermanhaj yang haq, tapi mereka harus menahan keinginan- keinginan mereka itu karena terhalang oleh orang tua mereka yang jahil, orang tua mereka yang tidak lagi memandang ketaqwaan dan ilmu bagi anak-anaknya, tapi lebih condong kepada status social dan materi. Subhanalloh wa ni’mal wakil…
Ketika seorang akhwat di tanya : kenapa inginya menikah dengan lelaki yang bermanhaj salaf…?
Maka dia menjawab: ana ingin dia menjadi pembimbing dalam hidup ana nantinya, ana ingin berjalan pada manhaj yang sama, jika ana menikah dengan orang jahil, maka ana ingin ke taklim manhaj salaf, tapi dia ingin ke taklim yang penuh dengan gelak tawa, taklim yang ada musiknya. Jika ana katakana perayaan maulid nabi itu bid’ah, maka dia katakana itu sunnah, jika ana katakana isbal itu haram, dia katakan tidak apa-apa jika tidak sombong. Bagaimana rumah tangga bisa damai, jika selalu ada pertentangan di dalamnya.
Lalu haruskah ana mengorbankan hidup ana , agama ana, Demi kepentingan orang tua? Demi menuruti kemauan orang tua?
Bukankah orang tua yang menghalangi anaknya untuk mendapati kebaikan termasuk dalam bermaksiat kepada Allah?
Dan tidak ada ketaatan terhadap makhluk apabila untuk bermaksiat kepada Allah?
Tapi mereka adalah orang tua ana yang harus ana tetap berlaku ma’ruf (baik) kepada mereka, bila ana tidak ikuti keinginan mereka, mereka akan marah, mereka akan mengatakan bahwa ana adalah anak durhaka, mereka akan menangis, mereka akan tidak perduli lagi sama ana, bahkan mungkin mereka akan putuskan hubungan silaturrahim.
Bukankah Rasulullah bersabda:
Tidak akan masuk syurga orang memutuskan hubungan silaturrahim.( HR Bukhari ).
Inilah yang ana takutkan…!
Inilah zamannya…!!
Inilah dilemanya…!!!
Hanya air mata yang bisa ana curahkan, hanya Allah tempat ana mengadu, biarlah air mataku yang mengalir, asal jangan air mata ibuku...
www.facebook.com/pages/Menggapai-Ilmu-Menanti-Jodoh
Intinya wanita yang bermanhaj salaf di zaman ini bak mutiara di dasar lautan yang sukar sekali menemukannya, jika ada pun telah menjadi milik orang lain.
Lelaki yang bermanhaj salaf juga sama seperti wanita yang bermanhaj salaf, bahkan mayoritas mereka lebih berilmu dari pada wanitanya. Dan tentu mereka menginginkan mutiara mutiara itu untuk di jadikan pendamping hidup mereka, untuk menjadi madrasah bagi anak-anaknya, untuk tempat dia berbagi ilmu dan menggapai syurga Allah pada jalan yang benar.
Dan begitu juga wanita yang bermanhaj salaf, tentunya mendambakan lakai-laki yang seaqidah dengan mereka, yang mengerti kenapa mereka melakukan ini dan itu, yang mengajak mereka ke jalan yang lurus, yang membimbing mereka dengan ilmu dan yang terpenting adalah mengajak mereka bertauhid dengan benar dan menjauhi bid’ah.
Dan ini tidaklah salah, karena mereka paham betul dengan firman Allah:
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi pelindung (penolong) bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasulnya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah ; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Qs. At Taubah (9) : 71).
Dan juga firman Allah yang lain:
Wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula (begitu pula sebaliknya). Bagi mereka ampunan dan risqi yang melimpah (yaitu : Surga) (Qs. An Nuur (24) : 26).
Lalu kenapa ada dilema bagi wanita-wanita yang bertauhid ini?
Wanita-wanita di zaman Rasulullah dan para sahabat, apabila mereka menyukai lelaki yang sholih, maka mereka dengan mudah untuk mendapatkannya, karena orang2 tua mereka juga sholeh, paham atas agama ini. Bahkan orang tua mereka yang mencarikan mereka lelaki yang sholeh, tanpa melihat status, tanpa melihat materi, yang terpenting adalah ketaqwaan mereka, ilmu yang mereka miliki dan pengamalannya.
Namun di zaman ini, zaman yang penuh fitnah, zaman dimana orang jahil mayoritas dan orang yang berilmu menjadi minoritas, maka di sinilah letak dilemanya. Saat sang akhwat begitu mendambakan ikhwan yang bertauhid, bermanhaj yang haq, tapi mereka harus menahan keinginan- keinginan mereka itu karena terhalang oleh orang tua mereka yang jahil, orang tua mereka yang tidak lagi memandang ketaqwaan dan ilmu bagi anak-anaknya, tapi lebih condong kepada status social dan materi. Subhanalloh wa ni’mal wakil…
Ketika seorang akhwat di tanya : kenapa inginya menikah dengan lelaki yang bermanhaj salaf…?
Maka dia menjawab: ana ingin dia menjadi pembimbing dalam hidup ana nantinya, ana ingin berjalan pada manhaj yang sama, jika ana menikah dengan orang jahil, maka ana ingin ke taklim manhaj salaf, tapi dia ingin ke taklim yang penuh dengan gelak tawa, taklim yang ada musiknya. Jika ana katakana perayaan maulid nabi itu bid’ah, maka dia katakana itu sunnah, jika ana katakana isbal itu haram, dia katakan tidak apa-apa jika tidak sombong. Bagaimana rumah tangga bisa damai, jika selalu ada pertentangan di dalamnya.
Lalu haruskah ana mengorbankan hidup ana , agama ana, Demi kepentingan orang tua? Demi menuruti kemauan orang tua?
Bukankah orang tua yang menghalangi anaknya untuk mendapati kebaikan termasuk dalam bermaksiat kepada Allah?
Dan tidak ada ketaatan terhadap makhluk apabila untuk bermaksiat kepada Allah?
Tapi mereka adalah orang tua ana yang harus ana tetap berlaku ma’ruf (baik) kepada mereka, bila ana tidak ikuti keinginan mereka, mereka akan marah, mereka akan mengatakan bahwa ana adalah anak durhaka, mereka akan menangis, mereka akan tidak perduli lagi sama ana, bahkan mungkin mereka akan putuskan hubungan silaturrahim.
Bukankah Rasulullah bersabda:
Tidak akan masuk syurga orang memutuskan hubungan silaturrahim.( HR Bukhari ).
Inilah yang ana takutkan…!
Inilah zamannya…!!
Inilah dilemanya…!!!
Hanya air mata yang bisa ana curahkan, hanya Allah tempat ana mengadu, biarlah air mataku yang mengalir, asal jangan air mata ibuku...
www.facebook.com/pages/Menggapai-Ilmu-Menanti-Jodoh
Langganan:
Postingan (Atom)